J5NEWSROOM.COM, Batam – Pimpinan Yayasan An Nubuwwah, Muhammad Candra P. Pusponegoro Al Jubron Fahirro menggelar terapi Ruqyah untuk Jembatan 1 Barelang Batam atau Jembatan Tengku Fisabilillah, Jumat (19/07/2024).
Terapi Ruqyah itu dilakukan terhadap jembatan yang menjadi ikon Batam ini sebagai bentuk keprihatinan karena seringnya pelaku bunuh diri menjadikan Jembatan 1 sebagai lokasi mengakhiri hidup mereka.
“Tindakan tercela dan dilarang dalam Islam ini harus ditanggulangi secara bersama-sama dan komprehensif,” ujar Ketua Yayasan An Nubuwwah, Muhammad Candra P. Pusponegoro Al Jubron Fahirro.
Menurutnya, fenomena bunuh diri di Jembatan Barelang Batam sangat memprihatinkan. Banyak faktor yang dapat memicu seseorang melakukan tindakan bunuh diri, seperti himpitan ekonomi, terlilit utang, putus cinta atau atau tekanan hidup.
“Meski begitu, bunuh diri bukanlah satu – satunya jalan untuk menyelesaikan masalah. Namun, bunuh diri bukanlah jalan keluar. Justru tindakan ini bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan,” katanya.
Yayasan An Nubuwwah Batam, yang bergerak di bidang keagamaan, sosial, pengobatan bekam dan ruqyah sejak 2005. Dia menilai, sebagai ahlinya merasa perlu ikut andil dalam upaya pencegahan. Salah satunya dengan melakukan ruqyah di sekitar Jembatan I Barelang dan sekitarnya.
Terapi ruqyah sendiri merupakan pengobatan tradisional, yang mengobati dan menyembuhkan suatu penyakit mental, spiritual, moral maupun fisik melalui bimbingan dan berpedomanAl-Quran.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk meniadakan tindakan bunuh diri di sekitar Jembatan I Barelang sampai Jembatan VI,” jelas Candra.
Ia menambahkan bahwa ruqyah tidak hanya digunakan untuk mengusir gangguan gaib, tapi juga sebagai terapi fisik dan gangguan psikis.
Sebelum melakukan ruqyah di Jembatan Barelang, Candra mengungkapkan, dirinya bermimpi dan berdialog dengan sejumlah pria yang mengenakan pakaian kebesaran kerajaan Melayu. Dalam dialog itu, para pria itu menyampaikan harapan agar Candra melakukan ritual ruqyah di Jembatan Barelang Batam.
“Bahkan, para pria berpakaian kebesaran kerajaan Melayu itu menyiapkan hidangan sebagai ekspresi penghormatan agar kegiatan ruqyah segera dilaksanakan,” ujar Candra kepada J5NEWSROOM.COM.
Candra menambahkan, sepanjang 2020-2024 banyak pasien ruqyah yang mengalami depresi dan halusinasi. Bahkan pengakuannya beberapa pasien sudah ada yang pernah berencana ingin lompat dari jembatan Barelang namun gagal usai di ruqiyah.
“Sebelum ruqyah, para pasien mengaku diberikan bisikan-bisikan di hatinya untuk terjun ke laut dari Jembatan I Barelang,” tuturnya.
Candra menyarankan beberapa langkah untuk terhindar dari gangguan negatif, antara lain menjaga salat lima waktu, rutin membaca Al-Qur’an, membayar zakat, bersedekah, mengikuti pengajian, serta membaca surat-surat pendek dan ayat Kursi setelah salat.
“Kami berharap dengan upaya ini, tidak ada lagi kasus bunuh diri di Jembatan Barelang dan masyarakat Batam serta Kepulauan Riau dapat hidup dengan tenang dan bahagia,” katanya.
Editor: Agung