J5NEWSROOM.COM, Washington DC – Namanya Gulshan Abbas. Seorang dokter perempuan dari Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR) Tiongkok yang pernah bekerja di Nurbagh Petroleum Hospital, Urumqi. Tahun 2018 lalu, Gulshan Abbas menghilang. Di tahun 2019 disebut pemerintah Tiongkok mengakui telah menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Gulshan Abbas karena terlibat dalam aksi terorisme.
Penangkapan Gulshan Abbas dilakukan hanya sekitar seminggu setelah saudara perempuannya, Rushan Abbas, yang menetap di Washington DC menyampaikan kritik atas perlakuan otoritas Tiongkok terhadap warga keturunan Uighur.
Bulan Juni lalu panel ahli Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) baru-baru ini meminta Republik Rakyat Tiongkok membebaskan Gulshan Abbas. Panel ahli UNHRC juga menuntut otoritas Tiongkok memberikan informasi tentang kondisi Gulshan Abbas saat ini.
Pelapor Khusus PBB untuk Pembela Hak Asasi Manusia, Mary Lawlor, dalam keterangannya mengatakan, anggota keluarga Gulshan Abbas masih belum memiliki informasi tentang di mana dia dipenjara, bukti yang digunakan untuk menghukumnya. Juga, yang paling mengkhawatirkan, bagaimana kondisi kesehatannya.
“Saya memohon kepada otoritas Tiongkok untuk mematuhi kewajiban hak asasi manusia internasionalnya dan setidaknya memberikan informasi ini kepada keluarga Dr. Abbas,” ujar Lawlor ketika itu.
Dia mengatakan bahwa Abbas memiliki beberapa komplikasi kesehatan, dan ditahan pada September 2018. Namun, tidak ada informasi yang diberikan kepada keluarganya mengenai penangkapannya dan tuduhan yang diajukan terhadapnya, persidangan yang sedang dijalankan terhadapnya atau penjara tempat dia ditahan hingga tahun 2020.
Selain itu, panel ahli UNHRC juga mengutip laporan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR) tahun 2022 yang mempertanyakan kondisi HAM di XUAR. OHCHR menggarisbawahi pola “intimidasi, ancaman, dan pembalasan” terhadap anggota keluarga warga Uighur di pengasingan yang telah terlibat dalam advokasi terkait pelanggaran HAM di XUAR.
Awal pekan ini, giliran Perwakilan Tetap AS untuk UNHRC, Duta Besar Michele Taylor, menyuarakan kembali permintaan panel ahli UNHRC itu.
“Kami berbung dengan @UN_SPexperts (panel ahli UNHRC) meminta RRT memberikan informasi terkini mengenai kondisi dokter Uighur Gulshan Abbas yang dipenjara, yang ditahan sebagai balasan atas kritik saudara perempuannya terhadap perlakuan otoritas Tiongkok terhadap Uighur,” tulis Dubes Taylor.
Sumber: RMOL
Editor: Agung