Latihan Militer Indonesia-China Tandai Sikap Nonblok Jakarta dalam Persaingan AS-China

Pasukan Angkatan Laut AS ambil bagian dalam latihan militer gabungan Super Garuda Shield di Situbondo, Jawa Timur, pada 10 September 2023. (Foto: AP/Trisnadi)

J5NEWSROOM.COM, Ketika Indonesia bersiap untuk berpartisipasi dalam latihan militer gabungan yang dipimpin AS pada bulan ini, pada pertemuan minggu ini Indonesia juga telah menyepakati untuk mengadakan latihan militer dengan China, sebuah langkah yang menurut para analis menunjukkan sikap nonblok Indonesia dalam persaingan antara AS dan China.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersiap menjadi tuan rumah latihan Super Garuda Shield yang dipimpin oleh AS dengan partisipasi puluhan negara, termasuk Jepang, Australia, Korea Selatan, Jerman, Singapura, dan Malaysia. Latihan tahunan ini akan diadakan di provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan mulai tanggal 26 Agustus hingga 5 September.

Sementara itu, para pejabat senior Indonesia dan China sepakat untuk mengadakan latihan militer bersama dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan keamanan regional, di antara sejumlah hal lainnya dalam pertemuan pada Selasa (13/8) di Jakarta, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Itu adalah pertemuan pejabat tinggi pertama dalam dialog gabungan tingkat menteri luar negeri dan pertahanan (2+2 SOM) yang akan ditingkatkan menjadi pertemuan tingkat menteri pada pemerintahan baru Indonesia tahun depan. Presiden terpilih Prabowo Subianto akan memulai masa jabatannya pada bulan Oktober.

Kedua negara sepakat untuk meluncurkan dialog 2+2 yang baru ketika Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada bulan Oktober di Beijing.

“Jika latihan berlangsung pada tahun depan, latihan bilateral dengan China akan mencerminkan upaya Indonesia untuk menunjukkan netralitasnya” berdasarkan kebijakan luar negeri “bebas dan aktif” yang bertujuan untuk mempersulit negara-negara besar mana pun untuk menarik Indonesia ke dalam lingkup pengaruhnya,” kata Abdul Rahman Yaacob, seorang peneliti di Program Asia Tenggara di Lowy Institute.

Namun, jika latihan dengan China berfokus pada operasi tempur dan interoperabilitas, bukan bidang keamanan non-tradisional seperti pembajakan dan kontraterorisme dan dilakukan di Laut China Selatan yang diperebutkan, hal tersebut “akan menimbulkan tanda bahaya bagi AS dan sekutunya,” lanjut Yaacob.

“Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo harus menyeimbangkan banyak faktor ketika merencanakan latihan dengan China, karena potensi dampaknya bisa besar,” katanya. AS dan sekutunya, termasuk Korea Selatan, Prancis, dan Jepang, dapat mempertimbangkan kembali keputusan untuk memasok sistem persenjataan canggih kepada Indonesia, tambahnya.

Indonesia, seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya, telah melakukan latihan bersama dengan AS dan China.

Tahun lalu, China mengirimkan kapal perusak dan fregat angkatan laut untuk berpartisipasi atas undangan Indonesia dalam latihan angkatan laut multilateral yang bertujuan untuk membina kerja sama dalam operasi kemanusiaan dan manajemen bencana.

Angkatan Laut AS, yang juga berpartisipasi, menggambarkan latihan tersebut memungkinkan “pertukaran yang mendukung kerja sama multilateral.”

Kerja sama pertahanan Indonesia dengan China dinilai tidak berkembang, dan utamanya berfokus pada latihan tingkat rendah. Namun baru-baru ini, Indonesia menyatakan keinginannya untuk mengadakan lebih banyak latihan militer dengan China, selain dengan negara-negara anggota ASEAN dan AS.

Dalam sebuah wawancara dengan Nikkei Asia pada bulan Juli, Kepala Staf Angkatan Darat TNI (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak mengatakan militer Indonesia sedang bersiap untuk melakukan latihan gabungan dengan China yang bisa dimulai tahun depan.

“Indonesia, seperti sebagian besar negara tetangganya, mengupayakan kerja sama pragmatis dan ingin melindungi diri dari ambisi hegemoni China,” kata Gregory Poling, peneliti senior dan direktur Program Asia Tenggara dan Inisiatif Transparansi Maritim Asia di Pusat Kajian Strategis dan Studi Internasional (CSIS).

“Hal ini juga menjelaskan mengapa Jakarta akan terbuka terhadap latihan militer tingkat rendah dengan China meskipun Indonesia memprioritaskan hubungan militer yang jauh lebih kuat dengan mitra tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.”

Navy SEAL Amerika Serikat dan Komando Pasukan Katak Angkatan Laut Indonesia (KOPASKA) mengadakan latihan bersama pada bulan Juli lalu. Latihan tersebut telah berlangsung setiap tahun sejak pembicaraan pertahanan bilateral mereka pada tahun 2022.

Andreyka Natalegawa, rekan peneliti untuk Program Asia Tenggara di CSIS, mengatakan, “Meskipun hubungan pertahanan Indonesia-China sudah terlihat jelas semakin dalam, Amerika Serikat tetap menjadi mitra pilihan utama dalam kerja sama pertahanan dengan Indonesia.”

Ia melanjutkan, “Kedalaman, frekuensi, dan pelembagaan latihan bilateral dan multilateral AS dengan Indonesia tidak ada duanya, dan sangat kecil kemungkinannya bahwa Tiongkok akan menggantikan peran Amerika Serikat sebagai mitra pertahanan utama pilihan Indonesia dalam waktu dekat.”

Pada dialog kebijakan luar negeri dan pertahanan 2+2 pejabat senior AS-Indonesia yang pertama pada bulan Oktober 2023 di Washington, AS menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung kekuatan pertahanan Indonesia sebagai “mitra dengan keterlibatan militer terbesar” bagi Jakarta.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah