Para Pengungsi di Gaza Suarakan Ketidakpuasan Atas Kunjungan Blinken

Keluarga sandera yang ditawan Hamas di Jalur Gaza dan pendukung mereka berunjuk rasa di dekat hotel tempat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menginap selama kunjungannya di Tel Aviv, Senin, 19 Agustus 2024. (Ohad Zwigenberg/AP)

J5NEWSROOM.COM, Para pengungsi Palestina di Jalur Gaza menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Senin (19/8), ketika pejabat tinggi AS itu mendorong gencatan senjata dalam perjalanannya yang kesembilan ke Timur Tengah sejak perang dimulai.

Blinken mengatakan sekarang “mungkin adalah kesempatan terakhir” untuk mencapai perjanjian gencatan senjata di Gaza yang akan mengembalikan para sandera yang ditahan oleh Hamas dan meringankan penderitaan warga Palestina setelah 10 bulan perang di Gaza.

Ahmad Fouda, seorang pengungsi dari Rafah, mengatakan, “Amerika berarti kematian, dan Blinken adalah malaikat maut bagi rakyat Palestina, Arab, dan Muslim. Amerika tidak akan pernah membawa kebaikan bagi kita, dan siapa pun yang mengharapkan kebaikan dari Amerika, Blinken, Biden, atau bahkan Trump, adalah orang yang tidak waras . Blinken hanya datang demi Netanyahu, anak manjanya, untuk menyelamatkannya dan mengeluarkannya dari krisis yang dia alami.”

Sementara itu, Masoud Abu-Dbaa, seorang pengungsi lain dari Rafah, mengatakan, “Seperti biasa, Amerika berperan, berperan sebagai hakim dan algojo pada saat yang sama. Amerika adalah pemasok resmi senjata (ke Israel), dan pada saat yang sama, mereka akan menjadi hakim yang mengatur secara adil antara kami dan entitas Israel. Ini adalah kunjungan kesepuluh di mana dia mencoba mengulur waktu untuk memusnahkan sebanyak mungkin rakyat Palestina, dan semakin banyak lagi yang saya harapkan darinya adalah kegagalan, dan lebih banyak tekanan pada pihak yang lebih lemah.”

Kunjungan Blinken terjadi beberapa hari setelah para mediator, termasuk AS, menyatakan optimisme baru bahwa kesepakatan sudah dekat.

Namun Hamas telah menyuarakan ketidakpuasan yang mendalam terhadap proposal terbaru tersebut dan Israel mengatakan ada beberapa hal yang tidak ingin mereka kompromikan.

Perundingan ini mendapat urgensi baru ketika Iran dan Hizbullah Lebanon bersumpah untuk membalas pembunuhan yang ditargetkan terhadap dua komandan utama militan, yang mereka duga dilakukan oleh Israel, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan perang yang jauh lebih luas dan lebih dahsyat.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah