J5NEWSROOM.COM, Pernahkah Anda merasakan rasa bersalah saat menikmati keripik kentang dalam kemasan plastik kecil? Miliaran bungkus keripik kentang dikonsumsi setiap tahun, namun sebagian besar kemasan tersebut tidak dapat didaur ulang. Untuk mengurangi perasaan tersebut, para petani di Inggris kini memproduksi kemasan ramah lingkungan.
Keripik kentang adalah salah satu makanan ringan paling populer di seluruh dunia. Menurut konsultan riset IMARC Group, pada tahun 2023, pasar keripik kentang global bernilai $34,3 miliar.
Ironisnya, kemasan camilan ini umumnya dibuat dari plastik yang tidak dapat didaur ulang, yang memerlukan waktu sekitar 80 tahun untuk terurai.
Namun, produsen keripik asal Inggris, Sean Mason, memiliki solusi. Ia menciptakan kantong kemasan yang dapat terurai menjadi kompos dalam waktu 26 minggu.
“Ini adalah film selulosa 100%. Ini adalah satu-satunya kemasan keripik yang dapat dikomposkan sepenuhnya. Kami menghabiskan waktu empat tahun untuk mengembangkan teknologi ini, dan sekarang telah memasuki generasi ketiga. Kami sedang mencoba generasi keempat sambil berusaha memperpanjang masa simpannya. Apa pun yang Anda lakukan dengan kemasan ini, ia akan terurai menjadi air, karbon dioksida, dan biomassa,” jelas Mason, salah satu pendiri “Two Farmers”.
Perjalanan Keripik Kentang dari Hulu ke Hilir di Satu Lokasi Pertanian
Paket keripik yang sepenuhnya dapat dikomposkan ini merupakan salah satu langkah yang diambil pertanian untuk mengadopsi pendekatan produksi pangan yang berkelanjutan. Proses keripik kentang dimulai dan diakhiri di pertanian tempat kentang ditanam, disimpan, dimasak, dan dikemas, memberikan kontrol penuh kepada petani atas setiap tahap.
Varietas kentang seperti Lady Claire, Lady Rosetta, dan Taurus ditanam di lahan milik Mason, yang mampu menghasilkan 500 ton kentang. Setelah panen, kentang dimuat ke trailer untuk diangkut ke fasilitas pemrosesan di lokasi pertanian.
Mark Green, yang ikut mendirikan merek keripik “Two Farmers” bersama Sean Mason, adalah petani generasi kedua yang ingin memproduksi keripik dari kentang yang ia tanam.
“Kami menanam berbagai tanaman di pertanian kami, termasuk kentang, sereal, bit, dan tanaman energi. Kami berusaha untuk menanam semua tanaman ini secara intensif sambil menerapkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Sejak awal 2000-an, kami telah memperhatikan tanah dan tanaman kami serta bagaimana mengintegrasikan keduanya untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan dengan tanaman kentang intensif seperti yang ada di sini,” ungkapnya.
Setelah kentang diangkut kembali ke pertanian, mesin dan tim kecil operasi membersihkan bebatuan dan puing-puing. Kentang kemudian dicuci dan disimpan di fasilitas penyimpanan berpendingin besar yang siap digunakan.
Di area lain di pertanian terdapat bangunan berbentuk kubah raksasa yang disebut pabrik pencernaan anaerobik, atau “mechanical cow.” Proses ini mengolah limbah dari pertanian menjadi pupuk untuk tanaman dan listrik untuk operasional pertanian.
“Setiap limbah yang kami hasilkan akan sampai di sini. Limbah jagung, sisa buah, rumput, sisa keripik, dan limbah kentang dari pertanian akan dikumpulkan dan diarahkan ke tangki besar untuk pencernaan anaerobik. Tangki ini akan menghasilkan material padat dan cair yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman,” jelas Green.
Gas Metana yang Dihasilkan Menyediakan Listrik untuk Pertanian
Selain itu, gas metana yang dihasilkan akan dialirkan ke mesin untuk menghasilkan listrik yang digunakan di pertanian. Apa pun yang tidak digunakan akan disalurkan ke jaringan listrik nasional. Pemanfaatan limbah ini membantu pertanian mengimbangi emisi karbon dengan menggunakan metana yang dihasilkan secara aktif.
Fasilitas produksi makanan di perkebunan ini berfungsi sebagai tempat memasak keripik kentang, sepenuhnya didukung oleh listrik yang dihasilkan oleh pabrik pencerna anaerobik. Kentang diiris, dimasukkan ke dalam dua mesin penggorengan industri, sebelum dibumbui dan dikemas. Keripik tersebut kemudian dijual di toko-toko di seluruh Inggris dan Eropa, dengan harga £1 per bungkus.
Masih Diperlukan Komitmen yang Kuat
Louis Bedwell mengelola jaringan bisnis terbesar di Inggris yang fokus pada kerjasama dengan berbagai merek yang menerapkan strategi berkelanjutan. Ia menyatakan bahwa meskipun ambisi perusahaan seperti “Two Farmers” memberikan harapan baru bagi masa depan produksi pangan berkelanjutan di Inggris, masih diperlukan komitmen yang lebih luas terhadap praktik-praktik seperti ini.
“Industri makanan telah menghadapi tantangan besar selama empat tahun terakhir, seperti pandemi, perang di Ukraina, dan inflasi tinggi dalam biaya bahan baku. Saya percaya bahwa biaya adalah faktor kunci untuk mendorong transformasi bisnis menuju praktik ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat keberlanjutan bisnis ini seiring dengan stabilnya pendapatan dan margin; namun saat ini, dibutuhkan komitmen besar untuk terus memprioritaskan teknologi ini ke depannya,” ujarnya.
Kedua petani tersebut mengungkapkan bahwa mereka berada di jalur yang tepat untuk mencapai operasi yang sepenuhnya netral karbon pada tahun 2025, sejalan dengan misi mereka untuk produksi pangan yang berkelanjutan.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah