Israel, Hizbullah Saling Ancam akan Tingkatkan Serangan Lintas Batas

Pasukan keamanan Israel memeriksa lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Kiryat Bialik, Israel utara, Minggu 22 September 2024.

J5NEWSROOM.COM, Israel dan Hizbullah pada hari Minggu (22/9) mengancam akan memperbesar serangan lintas batas mereka, meskipun ada tekanan internasional agar kedua belah pihak menghindari perang berskala penuh.

Sebuah kamera pengawas merekam momen ketika roket Hizbullah menghantam Kiryat Bialik di utara Israel dan meledak pada hari Minggu (22/9).

Kantor berita Reuters telah memastikan lokasi video tersebut berdasarkan posisi bangunan di sekitarnya, pohon-pohon, dan konfigurasi jalan yang sesuai dengan laporan sebelumnya dari Reuters.

Tim medis di rumah sakit Rambam di Haifa memindahkan pasien dan peralatan ke ruang bawah tanah menyusul ancaman serangan roket dari Hizbullah di utara Israel.

Pasukan Israel berpatroli di bagian utara dan Dataran Tinggi Golan pada hari Minggu, sementara baku tembak lintas batas dengan Hizbullah yang berbasis di Lebanon terus berlanjut.

Pencegatan roket terlihat di kota Maalot, sementara kendaraan militer, termasuk tank, berada dalam posisi siaga di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Dalam beberapa hari terakhir, Israel telah melancarkan serangan terhadap Hizbullah yang didukung Iran dengan cara yang tidak pernah mereka duga sebelumnya, kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

“Hizbullah terus menyerang kami. Tidak ada negara yang bisa menerima serangan sembarangan terhadap kota-kotanya. Kami juga tidak bisa menerimanya. Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengembalikan keamanan dan memastikan warga kami kembali ke rumah dengan aman,” ujarnya.

Pada hari yang sama, Hizbullah mengadakan pemakaman untuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan anggotanya Mahmoud Hamad, yang tewas dalam serangan Israel pada hari Jumat (21/9) di pinggiran selatan Beirut.

Hizbullah melaporkan 16 anggotanya tewas dalam serangan paling mematikan dalam konflik dengan Israel yang telah berlangsung hampir satu tahun.

Wakil pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan, “Kami telah memasuki fase baru yang dinamakan: ‘pertempuran terbuka’, di mana kami mengawasi pasukan di garis pendukung dan garis depan, sambil sesekali menyerang mereka (Israel) dari lokasi yang mereka duga dan di luar itu.”

Sementara itu, AS telah memperingatkan Israel mengenai keputusan untuk membuka front pertempuran kedua dengan Lebanon setelah serangan minggu lalu terhadap Hizbullah, di mana perangkat komunikasi yang digunakan anggotanya meledak, menewaskan 37 orang dan melukai ribuan lainnya, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada George Stephanopoulos dari ABC pada hari Minggu (22/9).

“Kami tidak yakin bahwa konflik militer—yang telah kami sampaikan langsung kepada rekan-rekan kami di Israel—merupakan sesuatu yang menguntungkan bagi mereka. Tentu saja ini tidak akan menguntungkan orang-orang yang ingin dibawa pulang oleh Perdana Menteri Netanyahu,” jelas Kirby.

Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyerukan “gencatan senjata segera” setelah eskalasi yang mengkhawatirkan. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, juga menggemakan seruan gencatan senjata, menegaskan bahwa Eropa “sangat prihatin.”

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, pada hari Minggu menegaskan agar “semua pihak bersiap menghadapi yang terburuk.”

“Tidak ada yang memperkirakan situasi akan mereda. Tawaran gencatan senjata telah diajukan selama empat bulan terakhir—dalam hal ini, resolusi Dewan Keamanan (PBB)—namun Netanyahu telah menolak semua tawaran itu,” ungkap Zomlot dalam wawancara dengan Sky News.

Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, memperingatkan potensi Lebanon bisa menjadi “Gaza kedua.”

Berbicara menjelang Sidang Umum PBB tahunan di New York, ia menambahkan, “jelas bahwa kedua belah pihak tidak berniat mencapai gencatan senjata” terkait konflik di Gaza.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah