Iran Luncurkan Lebih dari 180 Rudal, Sirene Serangan Udara Bergaung di Israel

Rudal-rudal berhasil dicegat oleh Israel di dekat kota utara Baqa al-Gharbiya pada Selasa, 1 Oktober 2024.

J5NEWSROOM.COM, Tel Aviv – Suara sirene menggema di seluruh Tel Aviv saat setidaknya 181 rudal Iran memasuki wilayah udara kota tersebut, dengan beberapa di antaranya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome. Militer Israel menginstruksikan semua warga untuk berlindung di lokasi-lokasi yang telah ditentukan. Perintah ini dan serangan rudal tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah seorang pejabat pemerintah Biden memperingatkan bahwa Iran bersiap untuk segera meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, menyatakan, “Beberapa saat lalu, mitra-mitra kami di Amerika memberi tahu bahwa mereka mendeteksi sebuah organisasi di Iran yang akan meluncurkan serangan rudal ke Israel dalam waktu dekat. Kami telah menghadapi ancaman serupa sebelumnya, dan kini kami akan menghadapinya.”

Otoritas bandara Israel melaporkan bahwa wilayah udara negara tersebut telah ditutup, dan seluruh penerbangan yang masuk dialihkan ke bandara lain di luar negeri.

Iran mengklaim peluncuran puluhan rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan para pemimpin Hizbullah dan Hamas.

Pada bulan April lalu, Iran melakukan serangan langsung ke Israel, meskipun hanya sedikit proyektil yang mencapai sasaran. Sebagian besar berhasil dihadang oleh koalisi yang dipimpin AS, sementara yang lain tampaknya gagal diluncurkan atau jatuh di tengah perjalanan.

Sekjen PBB Serukan Gencatan Senjata

Beberapa menit setelah berita serangan rudal Iran, juru bicara Sekjen PBB, Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyatakan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik di Lebanon dan mendesak semua pihak untuk melaksanakan gencatan senjata.

“Sekjen PBB mendesak agar gencatan senjata segera dilaksanakan. Perang yang tidak terkendali di Lebanon harus dicegah dengan cara apapun, dan integritas wilayah Lebanon harus dihormati,” kata Dujarric.

Israel memperingatkan warga Lebanon untuk mengevakuasi warga di perbatasan agar tidak menjadi korban dari operasi darat terbatas yang mereka lakukan terhadap Hizbullah. Serangan udara dan tembakan artileri Israel menghantam desa-desa di Lebanon selatan, di mana orang-orang diperintahkan untuk mengungsi, sementara para militan Hizbullah membalas dengan menembakkan roket ke Israel. Belum ada laporan mengenai korban jiwa saat pertempuran semakin intensif, dengan kekhawatiran akan terjadinya perang regional yang lebih luas.

Militer Israel menyatakan bahwa pasukannya telah melintasi perbatasan menuju Lebanon dan melancarkan “penggerebekan terbatas di darat” terhadap posisi-posisi Hizbullah.

UNIFIL Tetap Siaga

Juru bicara Sekjen PBB juga menegaskan bahwa tim pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) masih berada di posisi mereka dan “secara teratur menyesuaikan postur dan kegiatan mereka untuk memenuhi mandat. Kami sangat menghargai personel sipil dan militer misi itu, yang terus bertugas dalam kondisi yang sulit, serta negara-negara penyumbang pasukan kami atas komitmen dan dukungan mereka yang berkelanjutan terhadap UNIFIL.”

Untuk mengantisipasi kemungkinan serangan roket lebih lanjut dari Hizbullah – serta serangan rudal dari Iran – militer Israel mengumumkan serangkaian pembatasan baru terkait pertemuan publik, dengan maksimum 30 orang. Seluruh pantai di kawasan utara dan tengah Israel ditutup, dan seluruh sekolah di bagian utara ditutup, hanya diperbolehkan beroperasi jika memiliki tempat perlindungan bom yang memadai.

Kebijakan baru ini diberlakukan sehari sebelum Tahun Baru Yahudi, Rosh Hashanah, di mana biasanya warga berkumpul untuk berdoa di Tembok Ratapan di Yerusalem. Kebijakan ini berlaku hingga 5 Oktober dan mungkin akan diperpanjang menyusul peringatan untuk mengenang korban serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Meskipun upacara resmi tanpa penonton akan disiarkan langsung untuk mencegah demonstrasi, sebuah upacara alternatif di lapangan Tel Aviv diperkirakan akan menarik lebih dari 40.000 orang.

Pejabat Amerika sebelumnya memperingatkan akan adanya “konsekuensi berat” jika Iran meluncurkan rudal balistik ke Israel. Kapal dan pesawat AS telah dikerahkan ke wilayah tersebut untuk mendukung Israel jika terjadi serangan dari Iran.

Dukung Hamas, Hizbullah Luncurkan Roket ke Israel

Kelompok militan Hizbullah di Lebanon mulai meluncurkan roket ke utara Israel tak lama setelah Israel melancarkan serangan balasan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Serangan Hamas tersebut mengakibatkan 1.200 warga Israel tewas, sementara sekitar 250 lainnya disandera. Beberapa sandera telah dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata bulan November lalu.

Sebagai balasan atas serangan roket Hizbullah, dalam beberapa minggu terakhir ini Israel telah melancarkan serangan udara ke berbagai wilayah Lebanon, termasuk selatan dan ibu kota Beirut.

Resolusi DK PBB Tahun 2006 Belum Diperpanjang, Israel Lancarkan Serangan ke Lebanon

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, Daniel Hagari, menyatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang Israel-Hizbullah tahun 2006 belum dilaksanakan dan bahwa Lebanon selatan “dipenuhi oleh teroris dan senjata Hizbullah.”

Resolusi tersebut meminta Hizbullah mundur dari wilayah antara perbatasan dan Sungai Litani, dan agar tentara Lebanon serta pasukan penjaga perdamaian PBB berpatroli di wilayah itu. Israel mengklaim bahwa ketentuan-ketentuan tersebut tidak pernah ditegakkan, sementara Lebanon menuduh Israel melanggar ketentuan lain dalam resolusi yang sama.

Pernyataan militer tersebut menunjukkan bahwa Israel mungkin akan lebih fokus pada operasi darat di jalur sempit di sepanjang perbatasan, alih-alih meluncurkan invasi yang lebih besar untuk menghancurkan Hizbullah, seperti yang dilakukan di Gaza terhadap Hamas.

Hizbullah dan Hamas adalah sekutu dekat yang didukung oleh Iran, dan setiap eskalasi meningkatkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas di Timur Tengah yang dapat melibatkan Iran dan Amerika, yang telah mengerahkan aset-aset militernya ke wilayah tersebut untuk mendukung Israel.

Kemenkes Lebanon: Lebih dari 1.000 Orang Tewas Sejak Israel Mulai Serangan

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan Israel dalam dua minggu terakhir telah menewaskan lebih dari 1.000 orang di Lebanon, hampir seperempatnya adalah perempuan dan anak-anak. Ratusan ribu orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Hizbullah adalah kelompok milisi yang terlatih dengan baik, diperkirakan memiliki puluhan ribu pejuang dan dilengkapi dengan sekitar 150.000 roket dan rudal. Pertempuran terakhir pada tahun 2006 berakhir dengan jalan buntu, dan kedua belah pihak telah mempersiapkan diri selama dua dekade untuk menghadapi pertempuran berikutnya.

Serangan udara baru-baru ini menewaskan sebagian besar pimpinan tertinggi Hizbullah, sementara ledakan ratusan peralatan dan walkie-talkie milik Hizbullah menunjukkan bahwa Israel telah menyusup jauh ke dalam jajaran pemimpin kelompok tersebut.

Dalam sebuah pernyataan di televisi pada hari Senin (30/9), pemimpin sementara Hizbullah, Naim Kassem, menyatakan bahwa para komandan Hizbullah yang tewas dalam beberapa minggu terakhir telah digantikan.

Seiring meningkatnya pertempuran, negara-negara Eropa mulai menarik diplomat dan warga negara mereka dari Lebanon.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah