Pidato Perpisahan Retno Marsudi di PBB: Soroti Konflik Palestina dan Serukan Reformasi DK

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB ke-79 di markas besar PBB, New York, AS, 28 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/Reuters)

J5NEWSROOM.COM, New York – “Ini adalah kesempatan terakhir saya, sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia, untuk mewakili negara saya berbicara di depan UNGA (Majelis Umum PBB),” ujar Retno Marsudi dalam pidato terakhirnya di New York.

Dalam sesi debat Sidang Majelis Umum PBB ke-79 yang berlangsung di markas besar PBB, New York, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menanggapi pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang diucapkan sehari sebelumnya.

“Israel mencari perdamaian. Israel merindukan perdamaian. Israel telah berdamai dan akan berdamai lagi. Selama Hizbullah memilih jalan perang, Israel tidak punya pilihan,” kata Netanyahu pada Jumat (27/9).

Retno dengan tegas menantang pernyataan tersebut.

“Benarkah? Bagaimana kita bisa mempercayai kata-kata itu? Kemarin, saat dia berada di sini, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Beirut. Perdana Menteri Netanyahu ingin perang terus berlanjut. Kita harus menghentikannya. Saya ulangi, kita harus menghentikannya,” tegas Retno dalam pidatonya pada Sabtu (28/9).

Selama sidang Majelis Umum PBB minggu lalu, isu Palestina mendominasi topik diplomasi Indonesia. Ia berulang kali menekankan perlunya reformasi Dewan Keamanan PBB sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

“Apa yang terjadi di luar gedung ini (markas PBB), terutama di Lebanon, semakin memperkuat tekad kita untuk mencoba menyelesaikan masalah ini di dalam gedung ini. Namun, sekali lagi, bola ada di Dewan Keamanan PBB, terutama di tangan pemegang veto,” jelas Retno.

Sidang Majelis Umum PBB ke-79 menjadi yang terakhir bagi Retno mewakili Indonesia. Selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, ia telah berbicara di sidang tersebut sebanyak empat kali. Namun, pada sidang kali ini, Retno khususnya menghadiri 23 pertemuan besar dan 86 pertemuan bilateral.

Utusan Khusus PBB untuk Isu Air

Mulai bulan November mendatang, Retno akan menjabat sebagai utusan khusus Sekjen PBB untuk isu air. Penunjukan ini menjadikannya sebagai orang Indonesia pertama yang terpilih untuk posisi tersebut di PBB.

Jabatan ini merupakan perpanjangan tangan Sekjen PBB untuk menangani krisis air global. Meskipun tetap berbasis di Jakarta, Retno akan menjalankan tugas dari Jakarta dan New York.

Diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Retno selama 10 tahun sebagai Menteri Luar Negeri telah membawa Indonesia ke sejumlah posisi berpengaruh di tingkat global, seperti menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Ketua ASEAN, Ketua G20, dan tuan rumah penyelenggaraan UN Water Forum.

Pengamat hubungan internasional, Nuriyeni Bintarsari, menilai pencapaian tersebut menjadi alasan utama penunjukan Retno sebagai utusan khusus PBB.

“Utusan khusus ini haruslah seseorang yang dihormati dan suaranya didengar oleh semua negara anggota PBB. Terlebih, beliau akan membahas isu-isu sensitif terkait mitigasi perubahan iklim terhadap ketersediaan air bersih,” jelas Nuriyeni.

Nama Retno Marsudi semakin mencuat selama periode kedua Presiden Joko Widodo yang tidak hadir dalam Sidang Majelis Umum PBB. Pada periode pertama, Indonesia diwakili oleh Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden saat itu.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah