J5NEWSROOM.COM, Indonesia mengadakan pertemuan internasional bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan penentang junta militer Myanmar, menurut sejumlah sumber pada Jumat (4/10). Pertemuan ini dilaksanakan karena upaya regional untuk mengatasi perang saudara di Myanmar belum membuahkan hasil.
Myanmar sedang mengalami krisis berdarah akibat penindasan brutal junta terhadap protes pro-demokrasi yang muncul setelah kudeta militer pada 2021. Junta berusaha menumpas pemberontakan nasional yang dipimpin oleh gerakan yang bekerja sama dengan beberapa kelompok militer etnis minoritas.
Dalam pertemuan selama dua hari tersebut, akan ada kehadiran PBB, ASEAN, Uni Eropa, dan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar, menurut sumber yang mengetahui detail pertemuan. Sebuah sumber diplomatik mengonfirmasi bahwa NUG berada di Indonesia untuk pembicaraan, sementara sumber lainnya menyebutkan bahwa PBB sedang menghadiri pertemuan khusus mengenai Myanmar.
Sumber-sumber tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai proposal yang dibahas. Saat ditanya mengenai pertemuan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Roy Soemirat mengakui adanya rencana perundingan antara utusan khusus ASEAN dan krisis Myanmar, tetapi tidak menjelaskan kapan dan siapa saja yang hadir.
Pemerintah militer Myanmar serta delegasi PBB dan Uni Eropa tidak segera memberikan tanggapan terkait permintaan komentar. Juru bicara NUG menolak untuk memberikan komentar atau mengonfirmasi berlangsungnya pertemuan tersebut.
Pertemuan ini berlangsung hanya beberapa hari sebelum KTT di Laos yang dihadiri oleh para pemimpin dari 10 negara anggota ASEAN. Rencana perdamaian ASEAN untuk Myanmar, yang dibuat tiga tahun lalu, belum menunjukkan hasil meski telah ada seruan berulang untuk dialog.
ASEAN, yang saat ini dipimpin oleh Laos, menyatakan kesiapan untuk mencari alternatif guna mendukung rencananya, termasuk melalui mediasi dari negara-negara tetangga dan organisasi di luar ASEAN.
Bulan lalu, sebuah lembaga kajian yang didanai oleh pemerintah India mengundang kelompok anti-junta yang terlibat dalam pemberontakan untuk menghadiri seminar di New Delhi pada bulan depan.
Tahun lalu, Indonesia sebagai ketua ASEAN mengungkapkan telah menerima sinyal positif mengenai dialog dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, tetapi belum ada kemajuan yang signifikan. Junta menolak untuk berdialog dengan pesaingnya, menyebut mereka sebagai teroris yang berusaha menghancurkan negara.
Bulan lalu, junta mendesak lawan bersenjata untuk menghentikan pemberontakan dan bergabung dengan kelompok politik untuk pemilihan umum tahun depan. Namun, seruan ini ditolak oleh beberapa kelompok dan dianggap sebagai isyarat yang tidak berarti.
Tidak jelas apakah ada kelompok anti-junta yang setuju untuk ikut serta dalam pemilihan umum, yang dianggap sebagai tipuan. Hasil pemilihan tersebut kemungkinan besar tidak akan diakui oleh negara-negara Barat, karena banyak partai yang dibubarkan akibat tidak mendaftar, termasuk Liga Nasional untuk Demokrasi yang dominan, yang pemerintahannya digulingkan oleh junta.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah