Peminatan Jurusan, Generasi dalam Jeratan Kapitalisme

Siswi MAN 1 Kota Batam, Naila Ahmad Farah Adiba. (Foto: Dok.Pri)

Oleh Naila Ahmad Farah Adiba

SEJAK zaman dahulu kala, tak ada yang berubah dalam paradigma berpikir sebagian besar para siswa. Dalam pemilihan jurusan di jenjang sekolah menengah atas kebanyakan pasti akan memilih jurusan IPA dibandingkan dengan jurusan IPS, Bahasa, atau bahkan Agama.

Seolah sudah terpatri dalam memori mereka kalau dengan jurusan IPA yang mereka pilih, maka nanti mereka akan mudah menentukan jurusan di perguruan tinggi dan juga ketika mereka sudah masuk di dunia kerja. Bahkan, di sekolah yang berbasis agama sekalipun, kelas agama merupakan kelas terakhir atau kalau bahasa kasarnya bisa dikatakan sebagai kelas buangan.

Mirisnya, banyak yang enggan masuk kelas agama dan mengatakan kalau masuk kelas agama nanti akan sulit di perguruan tinggi dan juga ketika akan mencari pekerjaan nantinya. Persepsi inilah yang sudah tertanam dalam benak pikiran mereka bahkan sejak usia mereka masih terbilang belia.

Sebenarnya, pembentukan pola pikir ini harus dimulai sejak dini. Namun sayangnya, karena pendidikan yang mereka dapatkan dari setiap orang tua berbeda-beda, maka wajar jika terbentuk sebuah persepsi yang mengatakan bahwa tidak perlu belajar agama jika ingin nantinya bisa bekerja di luar sana.

Hal ini juga tak terlepas dari peran negara yang tidak menerapkan syariat Islam secara sempurna. Sehingga, jika Islam tidak dijadikan sebagai landasan dalam membuat suatu peraturan, maka yang terjadi adalah berkurangnya semangat para generasi muda terlebih yang muslim dalam mempelajari agamanya sendiri.

Padahal, jika kita belajar dari sejarah yang tercipta, Islam hadir dalam seluruh lini kehidupan. Bukan hanya dari sisi agama, Islam juga menjadi pelopor peradaban dalam kemajuan di bidang teknologi. Bahkan, ilmu kedokteran yang saat ini berkiblat ke barat, dahulu adalah sebuah ilmu yang berasal dari para cendekiawan muslim.

Seperti yang sudah sering kita dengar yakni Ibnu Sina, lalu ada Ar-Razi, dan lain sebagainya. Mereka telah memberikan sumbangsih dan kontribusi terbaik untuk kemajuan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam.

Sayangnya, kini banyak dari kalangan remaja melupakan. Mereka lebih silau dengan budaya dan ilmu barat, padahal itu semua merupakan bukti kebaikan dan peninggalan peradaban Islam dahulu kala. Bahwa, bukan hanya dari segi agama, namun Islam bersinar di segala bidang ilmu pengetahuan.

Inilah yang terjadi jika kita hidup di dalam sistem pendidikan yang berbasis sekuler kapitalis, yang hanya mendewakan harta dan asas manfaat dalam setiap perbuatannya. Menjadikan generasi muda belajar hanya untuk masuk ke dalam dunia kerja, hingga lupa esensi dari penciptaan seorang manusia. Bahwa, sesungguhnya, apapun yang kita lakukan harus memiliki manfaat untuk ummat.

Maka, mari bersama-sama untuk terus menuntut ilmu bukan hanya demi meraih kenikmatan dunia, melainkan mempelajari segala ilmu pengetahuan dan juga wawasan untuk kejayaan Islam di masa yang akan datang.

Wallahu a’lam bish showwab.*

Penulis adalah Siswi MAN 1 Kota Batam