J5NEWSROOM.COM, Gunung Marapi, salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia, kembali erupsi pada hari Minggu (27/10), mengeluarkan abu tebal setidaknya tiga kali yang kemudian menyelimuti desa-desa sekitarnya, tetapi tidak ada laporan mengenai korban jiwa.
Gunung Marapi, yang terletak di kabupaten Agam, Sumatra Barat, dikenal dengan letusan mendadak yang sulit diprediksi, karena tidak dipicu oleh pergerakan magma dalam yang biasanya terdeteksi oleh alat seismik.
Letusan tersebut menghasilkan awan abu panas yang menyebar hingga beberapa kilometer, menutupi desa-desa dan kota-kota terdekat dengan lapisan vulkanik yang tebal, menurut Ahmad Rifandi, pejabat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di pos pemantauan Marapi. Gunung ini juga melepaskan kolom abu setinggi 2.000 meter.
Ahmad menyatakan bahwa gunung berapi setinggi hampir 2.900 meter tersebut saat ini berada pada tingkat siaga kedua tertinggi dari empat tingkat siaga yang ada sejak Januari. Pendaki dan penduduk desa dilarang berada dalam radius 3 kilometer dari mulut kawah akibat potensi lahar.
Marapi mengalami letusan pada Desember 2023 yang mengakibatkan 24 pendaki tewas dan beberapa lainnya terluka dalam letusan mendadak pada akhir pekan. Sejak saat itu, dua jalur pendakian di gunung tersebut telah ditutup.
Letusan pada hari Minggu terjadi lima bulan setelah hujan monsun memicu longsor lumpur dan lahar dingin dari Gunung Marapi, yang menyebabkan sungai-sungai meluap. Banjir melanda desa-desa di lereng gunung dan menghanyutkan puluhan rumah, mengakibatkan 67 orang tewas.
“Warga desa masih dilanda trauma akibat banjir bandang lahar dingin menjelang musim hujan,” kata Ahmad, “Namun mereka telah belajar pentingnya menghindari bahaya letusan.”
Indonesia, negara kepulauan dengan populasi 282 juta jiwa, sangat rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas vulkanik karena berada di sepanjang “Cincin Api”, sebuah rangkaian patahan seismik berbentuk tapal kuda yang mengelilingi Samudra Pasifik.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah