J5NEWSROOM.COM, Padang – Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana menekankan pentingnya empati dan kemampuan untuk memahami orang lain sebagai kunci menjadi seorang komunikator yang baik. Dalam setiap kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman, pembicara laris ini selalu menekankan bahwa komunikasi bukan sekadar soal berbicara, melainkan juga menyimak dengan penuh perhatian dan memahami kebutuhan orang lain.
Dalam lawatan ke “Ranah Minang” Sumatera Barat belum lama ini, Dr Aqua Dwipayana sempat memenuhi undangan acara Siniar atau Podcast dari TVRI Sumatera Barat, tepatnya dalam program acara bertajuk “Tampek Maota” atau dalam bahasa Indonesia bermakna Ruang Obrolan. Kegiatannya pada Selasa (22/10/2024) siang di kantor TVRI Sumatera Barat Jl. By Pass Km 16 Koto Panjang, Padang.
Pada acara yang juga ditayangkan di streaming YouTube itu, doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut menjadi narasumber tunggal dengan pemandu acara (host) TVRI Sumatera Barat yakni M Oskar Surya Yoga.
Menurut Dr Aqua Dwipayana, empati adalah elemen utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang ingin menjadi komunikator yang efektif. “Empati membuat kita mampu melihat dunia dari perspektif orang lain. Hal ini sangat penting dalam komunikasi, karena dengan memahami sudut pandang orang lain, kita bisa menyampaikan pesan dengan lebih tepat dan diterima dengan baik,” jelas pria yang menjadikan semua orang sebagai gurunya.
Mantan wartawan di banyak media besar ini mengingatkan bahwa komunikasi yang baik tidak hanya berfokus pada apa yang ingin kita sampaikan, tetapi juga bagaimana pesan kita diterima oleh orang lain. “Ketika kita berkomunikasi, kita harus memikirkan dampak dari kata-kata kita. Jangan hanya fokus pada diri sendiri, tetapi pikirkan juga bagaimana perasaan orang lain dan apa yang mereka butuhkan,” ujarnya.
Menyimak Sebelum Berbicara
Dr Aqua Dwipayana menegaskan bahwa untuk bisa memahami kebutuhan orang lain, kita harus menjadi penyimak yang baik. Baginya, menyimak adalah seni yang sering kali terabaikan dalam komunikasi sehari-hari. Banyak orang terlalu sibuk memikirkan apa yang ingin mereka katakan selanjutnya, sehingga lupa untuk benar-benar menyimak lawan bicara mereka.
“Menyimak sebelum berbicara adalah kunci dari komunikasi yang baik. Ketika kita menyimak dengan sungguh-sungguh, kita bisa memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh orang lain. Ini bukan hanya soal mendengar kata-kata mereka, tetapi juga memahami emosi dan maksud yang ada di balik kata-kata tersebut,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Pria yang mendalami komunikasi secara komprehensif ini menambahkan bahwa menyimak dengan empati bukan berarti hanya diam saat orang lain berbicara, tetapi juga menunjukkan bahwa kita benar-benar peduli dengan apa yang mereka katakan. “Tunjukkan perhatian, tanyakan pertanyaan yang relevan, dan berikan respons yang menunjukkan bahwa kita mendengarkan. Ini akan membuat orang merasa dihargai dan dipahami,” kata penulis banyak buku “super best seller” ini.
Dr Aqua Dwipayana berbagi kisah pribadinya tentang bagaimana kemampuan menyimak dan empati telah membantunya dalam membangun karier sebagai motivator dan komunikator. Sejak awal, ia selalu mencoba untuk mendekati orang dengan hati yang terbuka, menyimak cerita mereka, dan memberikan tanggapan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Sebagai motivator, saya sering bertemu dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang datang dengan masalah pribadi, ada yang berjuang dengan karier, dan ada yang mencari inspirasi. Saya selalu mencoba untuk memahami situasi mereka dengan mendengarkan dengan seksama sebelum memberikan saran. Karena dengan begitu, saya bisa memberikan masukan yang lebih relevan dan berdampak positif,” ucap Dr Aqua Dwipayana.
Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 23 Januari 1970 ini juga menyadari bahwa tidak semua orang siap untuk berbicara terbuka tentang masalah mereka. Oleh karena itu, menyimak dengan empati menjadi sangat penting untuk membuat mereka merasa nyaman dan aman saat berbagi cerita. “Empati adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan orang lain. Ketika kita menyimak dengan empati, orang akan merasa lebih nyaman untuk membuka diri, dan ini adalah langkah awal dari komunikasi yang berhasil,” tambah Dr Aqua Dwipayana.
Kesulitan Ekonomi
Dalam sesi bincang-bincang yang berlangsung sekitar satu jam, Dr Aqua Dwipayana membuka cerita mengenai masa kecilnya yang penuh tantangan. Ia lahir dan tumbuh dari keluarga yang tidak berada. Kesulitan ekonomi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Namun, hal itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk berjuang dan meraih mimpi. “Dari kecil, saya sudah terbiasa dengan hidup sederhana. Keluarga kami bukan orang yang berkecukupan, tetapi justru dari situlah saya belajar untuk menghargai setiap hal kecil yang kami miliki dan berjuang untuk bisa meraih sesuatu yang lebih baik,” ujar motivator kawakan ini.
Dr Aqua Dwipayana mengungkapkan bahwa salah satu hal terpenting yang selalu ia pegang dalam hidupnya adalah kepercayaannya kepada kekuatan Tuhan. “Saya selalu percaya bahwa Tuhan adalah satu-satunya alasan dan sandaran dalam hidup ini. Tidak ada yang terjadi tanpa izin-Nya. Setiap keberhasilan yang saya raih adalah berkat campur tangan-Nya,” tegas bapak dua anak itu. Keyakinan inilah yang kemudian menjadi pondasi kuat dalam menghadapi setiap tantangan yang muncul di sepanjang perjalanan hidupnya.
Bahkan pada periode kemudian dalam hidupnya, Dr Aqua Dwipayana memilih untuk berhenti dari pekerjaan formal yang selama ini digeluti sebagai wartawan dan kemudian humas di Semen Cibinong. “Saya memilih menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya atasan sejak hampir 20 tahun lalu dan ternyata hidup saya semakin bahagia karena lebih banyak diarahkan untuk berbagi dan tujuan-tujuan sosial,” kata pria rendah hati ini menegaskan.
Mengubah Nasib
Berangkat dari kondisi ekonomi keluarga yang terbatas, Dr Aqua Dwipayana menekankan pentingnya pendidikan sebagai jembatan untuk mengubah nasib. Sejak kecil, ia sudah memahami bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan yang dapat membawanya keluar dari keterbatasan ekonomi.
Meskipun harus menempuh perjalanan panjang dan penuh liku, bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana ini tak pernah menyerah untuk terus belajar. “Saya selalu mengatakan kepada diri saya sendiri, kalau ingin keluar dari kemiskinan, saya harus punya ilmu. Dan saya yakin, dengan ilmu, saya bisa mendapatkan peluang lebih baik,” kenang mantan wartawan di banyak media besar ini.
Tekad kuat tersebut membawanya hingga menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan meraih gelar doktor di bidang Komunikasi. Keberhasilan akademis yang diraih Dr Aqua Dwipayana bukan hanya membanggakan dirinya pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang yang menghadapi situasi serupa.
Di sepanjang perjalanan kariernya, Dr Aqua Dwipayana tidak hanya berhasil membangun reputasi sebagai Pakar Komunikasi, tetapi juga menjelma menjadi sosok Motivator Nasional yang dikenal luas di berbagai kalangan. Ia telah melanglang buana ke banyak daerah di Indonesia untuk memberikan seminar, pelatihan, dan berbagi motivasi kepada berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, profesional, hingga anggota TNI/Polri. Bahkan melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi hingga ke puluhan negara.
Pada acara “Tampek Maota,” Dr Aqua Dwipayana membagikan pengalaman pribadi tentang bagaimana ia mulai merintis karier sebagai wartawan, kemudian berkembang menjadi konsultan komunikasi, hingga akhirnya dikenal sebagai motivator. “Komunikasi bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga bagaimana kita bisa menginspirasi orang lain. Itulah yang selalu saya usahakan dalam setiap sesi motivasi yang saya bawakan,” ujar pembicara laris ini.
Bagi Dr Aqua Dwipayana, menjadi seorang komunikator yang baik adalah tentang memiliki empati dan kemampuan untuk memahami orang lain. Ia menekankan pentingnya menyimak sebelum berbicara, karena hanya dengan begitu kita bisa mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar kita.
Kekuatan Luar Biasa
Selain menceritakan perjalanan kariernya, Dr Aqua Dwipayana juga berbagi tentang nilai-nilai kehidupan yang selalu ia pegang. “Setiap kali saya menghadapi tantangan, saya selalu kembali kepada Tuhan. Saya percaya, setiap masalah yang datang dalam hidup kita adalah bentuk ujian dari-Nya, dan ujian itu pasti ada jalan keluarnya,” tutur pria yang hobi silaturahim ini dengan penuh keyakinan.
Dr Aqua Dwipayana meyakini bahwa kedekatannya dengan Tuhan telah memberikannya kekuatan yang luar biasa untuk bangkit dari setiap keterpurukan. Ia menyebut, prinsip ini yang membuatnya mampu menjalani hidup dengan lebih tenang dan fokus pada tujuan.
Di akhir sesi, Dr Aqua Dwipayana menyampaikan pesan khusus untuk anak muda, terutama mereka yang mungkin sedang menghadapi kesulitan dalam hidupnya. “Jangan pernah berhenti bermimpi. Tidak masalah seberapa sulit keadaan saat ini, tetaplah bermimpi dan berusaha untuk mewujudkannya. Jika saya bisa, kalian pun pasti bisa,” pesan pria yang telah mengumrohkan ratusan orang ini dengan semangat.
Dr Aqua Dwipayana berharap, melalui acara “Tampek Maota,” kisah hidupnya dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk meraih kesuksesan asalkan memiliki tekad kuat, kerja keras, dan selalu mengandalkan Tuhan sebagai penuntun hidup.
Dengan semangat berbagi yang tak pernah padam, Dr Aqua Dwipayana kembali membuktikan bahwa perjuangan dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Kisah hidupnya adalah bukti nyata bahwa dengan keyakinan, usaha, dan doa, siapapun bisa meraih impian mereka, tak peduli seberapa berat perjalanan yang harus ditempuh.
Perkembangan TVRI Sumatera Barat
TVRI Sumatera Barat merupakan stasiun televisi daerah yang didirikan oleh Televisi Republik Indonesia untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat. TVRI Sumatera Barat didirikan pada 19 April 1997 dengan nama TVRI Padang. Berkantor di Jl. By Pass Km 16 Koto Panjang, Kota Padang.
TVRI Sumatera Barat dengan cikal bakal tiga stasiun transmisi yakni Transmisi Padang, Bukit Gompong, dan Pandai Sikek. Kemudian pada 1982 berdiri Stasiun Produksi Keliling (SPK), dengan jumlah karyawan 14 orang.
Karyawan tersebut berasal dari daerah itu sendiri, dan ditambah dengan mutasi dari stasiun lain. Stasiun produksi keliling hanya membuat paket-paket siaran yang nantinya yang akan dikirim ke stasiun pusat Jakarta untuk disiarkan. Paket tersebut merupakan paket berita, paket hiburan, dan paket wisata.
TVRI Sumatra Barat diresmikan sebagai stasiun penyiaran pada 19 April 1997 oleh Menteri Penerangan yang waktu itu dijabat oleh Harmoko. Mengudara secara konsisten selama 4 jam setiap harinya.
Sejak 1 Januari 2005 TVRI Sumatera Barat dinaikkan statusnya dari stasiun penyiaran kelas C menjadi kelas B. Selama berdirinya stasiun produksi keliling sampai dengan terbentuknya Lembaga Penyiaran Publik, dari kurun waktu tahun 1982 sampai sekarang TVRI Sumatera Barat telah dipimpin oleh 16 orang Kepala Stasiun.
Visi
“Terwujudnya TVRI Sumatera Barat Sebagai Media Utama Penggerak Pemersatu Bangsa”.
Misi
1. Menyelenggarakan siaran yang menghibur, mendidik, informatif secara netral, berimbang, sehat dan beretika untuk membangun budaya bangsa dan mengembangkan persamaan dalam beragama.
2. Menyelenggarakan layanan siaran multiplatform yang berkualitas dan berdaya saing.
3. Menyelenggarakan tata kelola lembaga yang modern, transparan, dan akuntabel.
4. Menyelenggarakan pengembangan usaha yang sejalan dengan tugas pelayanan publik.
5. Menyelenggarakan pengelolaan sumberdaya proaktif dan andal guna meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan pegawai.
Slogan:
“Punyo Awak Basamo”.
Pimpinan: Kepala Stasiun TVRI Sumatera Barat Tb M. Yusuf Hidayat, S.Sos, MM.*
Editor: Agung