J5NEWSROOM.COM, Presiden Prabowo Subianto memulai kunjungan internasional pertamanya sejak pelantikannya pada 20 Oktober 2024, dengan agenda diplomatik ke China dan Amerika Serikat. Lawatan ini mencerminkan ambisinya untuk memperkuat profil Indonesia di dunia internasional. Di Beijing, Prabowo akan membahas kemitraan strategis dengan China, terutama setelah Indonesia menjadi mitra dalam blok ekonomi BRICS bersama Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Bergabungnya Indonesia ke BRICS dianggap sebagai pergeseran diplomatik dari sikap netral yang sebelumnya dipertahankan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Prabowo kemudian akan melanjutkan kunjungannya ke Washington, D.C., untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Rencana ini datang di tengah transisi Gedung Putih menuju pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump. Gedung Putih belum merilis rincian kunjungan ini, namun Prabowo dijadwalkan bertemu dengan Biden pada awal minggu depan. Prabowo juga disebut meminta pertemuan dengan Trump, meskipun tim Trump belum memberikan tanggapan resmi.
Hubungan AS-Indonesia di Era Trump dan Prabowo
Prabowo, yang memenangkan pemilihan presiden Indonesia setelah dua kali kalah, kini dihadapkan pada peluang memperluas hubungan Indonesia-AS, terutama dengan potensi kembalinya Trump ke Gedung Putih. Sejak 1998, Prabowo dilarang masuk AS akibat dugaan pelanggaran hak asasi manusia, tetapi larangan ini dicabut pada masa pemerintahan Trump. Para analis melihat bahwa pendekatan Trump yang mengutamakan hubungan pribadi dapat menguntungkan Prabowo, terutama jika ia berhasil menghubungkan Indonesia dengan lingkaran pengusaha dekat Trump seperti Elon Musk dan Hary Tanoesoedibjo, yang memiliki hubungan bisnis dengan keluarga Trump.
Fokus Ekonomi: Nikel dan Kendaraan Listrik
Indonesia berambisi menjadi pemain utama di industri baterai kendaraan listrik berkat cadangan nikelnya yang melimpah, dan pemerintahan Jokowi telah mencoba menarik investasi dari Tesla. Meski pemerintahan Biden memberlakukan kebijakan ramah lingkungan dalam industri kendaraan listrik, Trump mungkin akan mengambil pendekatan berbeda. Para pakar menilai bahwa jika Trump kembali ke Gedung Putih, ada peluang bagi Prabowo untuk mendorong kerja sama di sektor nikel yang menguntungkan kedua negara.
Namun, dengan kebijakan Trump yang mungkin akan mengurangi insentif untuk kendaraan listrik serta potensi perubahan tarif terhadap produk dari China, termasuk nikel, Prabowo harus mempertimbangkan strategi yang mampu mengamankan peran Indonesia dalam rantai pasokan industri ini.
Kunjungan Prabowo ini menjadi penanda bagi kebijakan luar negeri yang pragmatis dengan memperkuat posisi Indonesia di antara kekuatan global yang tengah bersaing, sembari memanfaatkan peluang yang ada untuk mendorong investasi strategis di dalam negeri.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah