J5NEWSROOM.COM, Poso – Tema Hari Pneumonia Sedunia tahun ini, “Every Breath Counts: Stop Pneumonia in Its Track,” menyoroti pentingnya deteksi dini, pengobatan yang efektif, dan pencegahan dalam memerangi pneumonia. Pelaksana Tugas Dirjen P2P Kemenkes, Yudhi Pramono, mengingatkan bahwa pneumonia masih menjadi penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun. Data dari UNICEF dan WHO menunjukkan tingginya angka kematian akibat pneumonia pada anak-anak setiap tahunnya.
Indonesia sendiri mengalami beban ekonomi yang besar akibat pneumonia, dengan biaya pengobatan mencapai Rp 8,7 triliun pada tahun 2023, disusul oleh Tuberkulosis. Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka kematian anak balita dan mengurangi insiden pneumonia berat melalui pendekatan “Cegah, Lindungi, dan Obati,” dengan target signifikan pada tahun 2030.
Dokter Wahyuni Indawati dari IDAI menjelaskan bahwa mengenali gejala pneumonia seperti demam, batuk, dan napas cepat sangat penting untuk intervensi dini. Faktor risiko pneumonia pada anak-anak termasuk kurangnya ASI, malnutrisi, polusi, dan paparan asap rokok. Sedangkan pada usia di atas lima tahun, risiko ditambah dengan kondisi seperti asma dan penyakit kronis.
Dokter Fathiyah Isbaniah dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menekankan bahwa pneumonia juga mengancam usia lanjut dan kelompok dengan komorbid seperti diabetes dan HIV. Penanganan tepat melalui antibiotik dan pencegahan dengan pola hidup sehat, vaksinasi, serta menghindari rokok sangat penting. Rokok, khususnya, meningkatkan risiko pneumonia hingga lebih dari dua kali lipat pada perokok dibanding non-perokok.
Dengan pendekatan pencegahan dan pengobatan yang tepat, pneumonia dapat dicegah dan disembuhkan, menjaga kesehatan masyarakat terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah