Atol di Samudera Pasifik Hadapi Risiko Akibat Naiknya Permukaan Laut

Atol Tarawa di Kiribati, Samudra Pasifik terancam akibat kenaikan permukaan air laut setiap tahun akibat perubahan iklim (foto: dok).

J5NEWSROOM.COM, Menurut Laporan Iklim dan Pembangunan yang dirilis Bank Dunia, negara-negara atol dataran rendah di Pasifik yang dihuni oleh sekitar 200.000 orang menghadapi ancaman eksistensial serius akibat perubahan iklim. Proyeksi kenaikan permukaan laut hingga setengah meter pada paruh kedua abad ini dapat menyebabkan 50% hingga 80% wilayah perkotaan di negara-negara tersebut terendam. Kawasan ini juga menderita kerugian ekonomi signifikan akibat badai yang semakin sering dan kuat, dengan kehilangan tahunan mencapai sekitar 7% dari total ekonomi di Tuvalu, serta 3% hingga 4% di Kepulauan Marshall dan Kiribati.

Tanpa upaya mitigasi yang mendesak, kerusakan yang disebabkan oleh bencana iklim yang biasanya terjadi setiap 20 tahun dapat meningkat hingga mencapai 50% dari output tahunan Tuvalu pada 2050.

Studi ini merekomendasikan langkah-langkah jangka pendek, menengah, dan panjang bagi negara-negara tersebut. Untuk jangka pendek dan menengah, Bank Dunia menyarankan investasi dalam infrastruktur berkelanjutan guna melindungi sumber daya air tawar, perikanan, dan energi. Jangka panjang, studi tersebut menekankan perlunya penguatan sektor pendidikan, peraturan hukum, pembangunan ekonomi, dan ketahanan iklim. Selain itu, laporan ini mengimbau donor internasional untuk berkontribusi dalam menutupi kekurangan dana yang dihadapi negara-negara atol Pasifik untuk adaptasi iklim.

Bank Dunia telah menerbitkan lebih dari 45 Country Climate and Development Reports (CCDR) yang mengintegrasikan isu pembangunan dan perubahan iklim, dengan tujuan memberikan panduan aksi konkret bagi negara-negara yang paling rentan.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansa