Temuan Mikroplastik dalam Kosmetik, Pemerintah Minta Pemeriksaan Lengkap

Berbagai kosmetik dipajang di sebuah salon kecantikan di Seoul, 23 Desember 2014. (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji)

J5NEWSROOM.COM, Surabaya – Penemuan mikroplastik dalam produk kosmetik dan minuman berpemanis kemasan baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Indonesia.

Menurut Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON, Rafika Aprilianti, hasil penelitian terhadap 80 produk kosmetik menunjukkan bahwa setengah dari produk tersebut mengandung mikroplastik. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena mikroplastik dianggap berbahaya bagi kesehatan jangka panjang. Meski telah ada larangan penggunaan mikroplastik dalam peraturan, bahan ini masih ditemukan dalam berbagai produk kosmetik.

“Hal ini seharusnya dilarang karena mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui kontak kulit, makanan, minuman, atau udara yang kita hirup setiap hari,” ungkap Rafika.

Selain kosmetik, mikroplastik juga ditemukan dalam minuman berpemanis kemasan. Rafika menjelaskan bahwa mikroplastik berasal dari kemasan plastik yang terdegradasi akibat panas atau gesekan. Ia menambahkan, plastik yang terurai ini dapat melepaskan ribuan senyawa kimia yang dapat membahayakan kesehatan, terutama bagi anak-anak, dengan mengganggu hormon tubuh.

Direktur Eksekutif ECOTON, Daru Setyotini, mendesak pemerintah, khususnya Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BB POM), untuk lebih aktif mengawasi produk kosmetik dan kemasan yang berpotensi mengandung mikroplastik. Ia juga meminta pemerintah melakukan penelitian mendalam terhadap produk bayi dan memastikan tidak ada microbeads dalam produk tersebut, sebagaimana diatur dalam undang-undang.

Dalam wawancara dengan VOA, dosen Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Ni Luh Dewi Aryani, menjelaskan bahwa tidak semua produk kosmetik mengandung mikroplastik. Mikroplastik primer memiliki ukuran partikel di bawah 5 milimeter dan biasanya terbuat dari bahan seperti Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), atau Polymethyl methacrylate (PMMA).

Ni Luh Dewi menyebutkan bahwa bahan mikroplastik ini sebenarnya bisa digantikan dengan bahan alami yang mudah terurai. Misalnya, bahan abrasive untuk membersihkan kulit dapat diganti dengan biji-bijian seperti almond atau beras, yang telah dimodifikasi untuk digunakan dalam produk kosmetik. Ia juga mengimbau masyarakat agar lebih teliti dalam memilih produk kosmetik dan perawatan diri dengan memeriksa komposisinya.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah