Kakatua Maluku: Menyelamatkan yang Tersisa dari Prosesi Adat

Kakatua, jenis burung yang mendekati punah dan merupakan endemik pulau Seram, Maluku. (foto Dudi Nandika KKI)

J5NEWSROOM.COM, Suku Huaulu di Pulau Seram, Maluku, melaksanakan ritual cidaku sebagai tanda kedewasaan remaja laki-laki. Dalam tradisi ini, remaja dilepaskan ke hutan untuk berburu burung, termasuk Kakatua. Bulu jambul Kakatua digunakan untuk membuat mahkota sebagai simbol status pria dewasa. Tradisi ini berasal dari adat berburu kepala manusia yang telah ditinggalkan sejak kemerdekaan Indonesia.

Namun, perburuan Kakatua telah menimbulkan ancaman serius bagi kelestarian burung endemik ini. Empat dari tujuh jenis Kakatua di Indonesia masuk kategori terancam punah menurut CITES. Peraturan pemerintah melarang perburuan Kakatua, termasuk untuk keperluan adat.

Upaya Mengubah Tradisi
Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) bekerja sama dengan masyarakat Huaulu sejak 2017 untuk mencari solusi. Salah satu kompromi adalah menggunakan bulu Kakatua yang rontok secara alami dari penangkaran, bukan membunuh burung di alam liar. Pada 2019, kesepakatan ini diformalkan dengan dukungan pihak taman nasional dan BKSDA Maluku.

Pendekatan lain yang sedang didorong adalah menggunakan mahkota Kakatua warisan leluhur secara turun-temurun, sehingga tidak perlu membuat mahkota baru.

Penghargaan dan Penelitian
Dwi Agustina, pegiat konservasi KKI, mempresentasikan penelitian tentang pelestarian Kakatua di konferensi ornitologi internasional di Beijing dan menerima penghargaan First Prize Presentation Award. Rekannya, Dudi Nandika, memenangkan First Prize Poster Award atas penelitiannya tentang burung di Taman Nasional Manusela.

Tantangan Konservasi dan Kearifan Lokal
Konflik antara pelestarian lingkungan dan tradisi adat membutuhkan pendekatan lintas disiplin, seperti ekologi, antropologi, dan komunikasi. Pendekatan seperti ini penting untuk mengatasi tantangan konservasi yang melibatkan masyarakat adat tanpa menimbulkan konflik.

Melalui kerjasama dengan suku Huaulu, pendekatan etno-ornitologi diharapkan menjadi model konservasi di wilayah lain di Indonesia.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah