Pantaskah Menghina?

Pedagang es teh yang tegar meskipun dihina di hadapan ribuan mata. (Foto: Net)

Oleh Naila Ahmad Farah Adiba

MIRIS! Baru saja lewat di beranda sosial media video tentang seorang Bapak yang berjualan teh di sebuah acara, namun pada akhirnya dihina dan dikatakan ‘g013l0k’ oleh seseorang yang selama ini telah menjadi panutan banyak kalangan. Bahkan, ia mengatakan hal itu dengan tertawa terbahak-bahak. Pantaskah seseorang yang Allah berikan pemahaman berupa ilmu agama melakukan penghinaan tersebut?

Padahal, di dalam Islam, seseorang yang mengolok-olok belum tentu lebih baik dari yang dia hinakan itu. Bahkan, bisa jadi seseorang yang dihinakan itu lebih mulia karena posisi beliau sedang melakukan tugas yang seharusnya, yakni menjadi nafkah untuk kebutuhan diri dan keluarganya.

Allah SWT telah berfirman secara jelas di dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat sebelas bahwasanya janganlah mencaci maki orang lain. Karena ketika kita menghina orang lain, maka sejatinya yang terhina adalah diri kita sendiri. Buktinya, jika kita tidak hina, tidak mungkin kita melakukan sesuatu yang telah Allah larang untuk kita lakukan.

Terlebih lagi, menghina seseorang yang sedang melakukan kewajibannya, yakni mencari nafkah, adalah sebuah tindakan yang tidak dibenarkan di dalam syariat Islam sesuai dengan apa yang telah Allah firmankan.

Ditambah dengan ketokohannya yang menjadi panutan banyak orang, seharusnya lebih berhati-hati lagi selama bersikap. Jika anda lupa, Pak, mari saya ingatkan, bahwa segala hal yang dilakukan di dunia ini, Allah akan meminta pertanggungjawaban nya. Lalu, jika Bapak penjual tersebut menuntut anda, apa yang akan anda katakan kepada Allah, Sang Pencipta?

Tidak malukah anda atas perbuatan yang anda lakukan. Seharusnya, sebagai seorang muslim anda lebih dari tahu untuk bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap. Saya harap, kejadian penghinaan ini tidak akan terulang kembali. Memohon ampun lah kepada Allah, dan meminta maaf kepada orang yang telah anda hinakan.

Pantaslah, para ulama telah menegaskan bahwa adab sebelum ilmu. Karena sedikitnya ilmu bisa ditutup dengan adab, tapi sedikitnya adab tidak bisa ditutup dengan ilmu, sebanyak apapun ilmunya. Karena betapa banyak orang yang hancur karena menyepelekan adab terhadap sesamanya.

Dan teruntuk yang menjadi bekingan nya, berikan hal yang akan membuatnya jera untuk berbuat dosa. Miris banget, melihat para pemuka agama, malah menjadikan Islam tampak jelek di dalam kehidupan.

Terakhir, teruntuk Bapak yang sedang mencari nafkah dengan berjualan es teh dan air mineral. Sungguh, Allah Maha Baik, Pak. Dalam sekejap, Allah muliakan derajat Bapak dibandingkan dengan mereka yang menghina Bapak. Allah ganti kesedihan dan kekecewaan bapak dengan kabar bahagia berupa tiket umrah dan beasiswa untuk anak-anak Bapak.

Semangat terus ya Bapak dalam mencari nafkah, doa terbaik kami terus lantunkan. Semoga Allah selalu menjaga dimanapun Bapak berada. Serta teruntuk semua para ayah yang rela berkorban demi memberikan nafkah untuk keluarganya, semoga Allah balas segala kebaikan ayah di surga dengan balasan yang telah Allah persiapkan.

Wallahu a’lam bish showwab.

Penulis adalah Siswi MAN 1 Kota Batam