Warga Palestina yang Tewas di Gaza Tembus 45.000 Orang

Warga melakukan salat jenazah bagi korban serangan Israel terhadap sekolah Ahmad Abdulaziz yang dikelola UNRWA yang menampung keluarga-keluarga yang mengungsi, di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan (16/12) sementara korban tewas telah melampaui 45 ribu jiwa.

J5NEWSROOM.COM, Jalur Gaza – Jumlah warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza akibat perang Israel-Hamas pada Senin (16/12) dilaporkan mencapai lebih dari 45.000 orang. Angka tersebut disampaikan oleh pejabat Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas. Laporan tersebut tidak membedakan antara korban warga sipil dan kombatan, namun sebagian besar korban dilaporkan adalah perempuan dan anak-anak.

“Kami ingin mengatakan pada dunia bahwa ini sudah cukup. Genosida ini sudah cukup. Perang ini sudah cukup,” ujar Osama Lubbad, seorang warga Palestina yang mengungsi dari Beit Lahiya.

Kementerian Kesehatan Palestina juga menyatakan bahwa sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, jumlah korban luka-luka mencapai 106.962 orang. Pejabat kementerian menambahkan jumlah korban sesungguhnya kemungkinan jauh lebih besar karena ribuan jasad masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan, dan tim medis kesulitan untuk mengevakuasi mereka.

Perang terbaru Israel-Hamas ini dianggap sebagai pertempuran paling mematikan dalam sejarah konflik tersebut. Jumlah korban tewas saat ini mencapai sekitar dua persen dari total populasi Gaza sebelum perang, yang diperkirakan berjumlah 2,3 juta jiwa.

“Gaza telah mati. Ia mati tanpa kain kafan,” ungkap Mohammad Sulaiman, seorang pengungsi dari Kota Gaza.

Israel Salahkan Hamas, Kelompok HAM Kritik Israel

Israel menuduh Hamas bertanggung jawab atas banyaknya korban jiwa warga sipil karena kelompok militan itu beroperasi di tengah-tengah wilayah sipil di Jalur Gaza yang padat penduduknya.

Namun, kelompok HAM dan warga Palestina menyalahkan Israel karena dinilai gagal mengambil langkah-langkah pencegahan yang cukup untuk melindungi warga sipil.

Perang ini dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok tersebut menyerbu wilayah selatan Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 lainnya. Sebagian sandera telah dibebaskan dalam gencatan senjata pertama pada November 2023. Namun, sekitar 100 sandera masih diyakini berada di Gaza, dengan sepertiga di antaranya diduga telah tewas.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah