Program Visa Pekerja Asing di Bawah Pemerintahan Baru Trump Hadapi Ketidakpastian

Presiden AS Donald Trump berpidato dalam rapat umum Make America Great Again di Bandara Richard B. Russell di Roma, Georgia pada 1 November 2020. (Foto: Brendan Smialowski/AFP)

J5NEWSROOM.COM, Washington – Otoritas imigrasi Amerika Serikat melaporkan tingkat persetujuan aplikasi visa H-1B mencapai lebih dari 97 persen pada tahun fiskal 2024. Data dari National Foundation for American Policy menunjukkan angka ini menjadi yang tertinggi kedua dalam lebih dari satu dekade.

Visa H-1B memungkinkan perusahaan Amerika mempekerjakan pekerja asing di bidang teknologi, teknik, dan perawatan kesehatan. Dari 85.000 visa yang tersedia setiap tahun, lebih dari 70 persen di antaranya biasanya diterima oleh pekerja asal India, diikuti oleh China.

Namun, pengacara imigrasi memperingatkan bahwa tren ini dapat berubah jika kebijakan imigrasi ketat pemerintahan sebelumnya diterapkan kembali oleh Presiden terpilih Donald Trump. Kebijakan tersebut sebelumnya menyebabkan tingkat penolakan visa melonjak hingga 24 persen pada 2018.

Kontroversi Program H-1B

Program H-1B telah menjadi topik perdebatan. Pendukungnya menyoroti peran pentingnya dalam menarik talenta asing dan mendorong inovasi. Sebuah studi tahun 2016 menunjukkan hampir seperempat perusahaan rintisan bernilai miliaran dolar di AS didirikan oleh individu yang awalnya datang sebagai mahasiswa internasional.

Namun, para kritikus menuduh perusahaan Amerika mengeksploitasi program ini untuk mempekerjakan tenaga kerja asing dengan upah lebih rendah, sehingga menekan upah pekerja lokal. Kasus kontroversial pada 2015, di mana Disney memecat ratusan staf warga Amerika untuk digantikan pekerja asing, menjadi salah satu contoh yang sering diangkat.

Potensi Perubahan di Era Trump Kedua

Selama pemerintahan Trump sebelumnya, kebijakan seperti perintah eksekutif “Buy American, Hire American” memperketat persyaratan visa H-1B. Pemerintah meningkatkan inspeksi tempat kerja dan menuntut lebih banyak bukti dari pemohon visa. Meskipun sebagian besar aturan ini dibatalkan oleh pengadilan, dampaknya tetap terasa.

Kathleen Campbell Walker, kepala praktik imigrasi di Dickinson Wright, menyatakan kekhawatirannya terhadap potensi kembalinya kebijakan serupa. “Peningkatan pengawasan dapat memperlambat proses dan menimbulkan kesulitan bagi pemohon visa H-1B,” kata Walker.

Meskipun belum jelas sejauh mana Trump akan melanjutkan kebijakan imigrasi ketat, para pengacara imigrasi berharap ada perubahan positif. Dukungan Elon Musk terhadap program H-1B diharapkan dapat memengaruhi kebijakan imigrasi AS ke arah yang lebih seimbang.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah