Diaspora Indonesia Harapkan Kestabilan dan Keamanan di Tahun 2025

Perayaan pergantian tahun baru di Times Square, Manhattan, New York (foto: ilustrasi).

J5NEWSROOM.COM, Made Yoni mengumpulkan tantangan dan harapan warga Indonesia di luar negeri menjelang akhir tahun 2024.

Bagi diaspora Indonesia di AS, ketidakpastian di dalam negeri menjadi bayangan dalam pergantian tahun 2024. “Dengan terpilihnya Trump, banyak yang khawatir mengenai status mereka, seperti status green card. Meskipun belum terjadi, banyak rumor yang beredar bahwa tinggal dan bekerja di AS akan lebih sulit, bahkan orang dari Indonesia merasa takut atau khawatir tidak mendapatkan visa karena pergantian pemerintahan dari Demokrat ke Republik. Dari sisi ekonomi, tiga dari empat negara terbesar di dunia berada di Asia, dan banyak perusahaan AS yang outsourcing ke Asia, sehingga lapangan pekerjaan di AS semakin terbatas,” ungkap mereka.

Suliati Boentaran, diaspora Indonesia yang juga direktur pusat budaya Indonesia di San Francisco, sudah tinggal di AS selama 30 tahun. Ia tetap berharap bahwa tahun 2025 akan membawa stabilitas.

Keamanan geopolitik menjadi salah satu tantangan bagi warga Indonesia di luar negeri di tahun 2024. Hal ini juga dirasakan oleh diaspora Indonesia di Eropa, seperti yang disampaikan oleh Willie Mas, migran asal Lombok yang telah tinggal di Swedia selama 15 tahun. Sejak Maret 2024, Swedia telah menjadi anggota penuh NATO, dan Willie khawatir dampak perang di Ukraina akan melibatkan sekutu NATO di Eropa. “Dikhawatirkan perang akan terjadi karena sudah ada buku pedoman untuk menyelamatkan diri yang telah disebar. Yang saya khawatirkan adalah jika terjadi perang, anak-anak saya bagaimana, karena mereka masih kecil. Swedia sebelumnya netral, tapi kini sudah bergabung dengan NATO. Kami belum pernah menghadapi perang,” keluhnya.

Harapan Willie untuk tahun 2025 adalah pemimpin dunia dapat menghentikan perang dan membuat keputusan yang baik untuk rakyatnya. Ia juga berharap ekonomi dapat memperbaiki usaha perumahan yang terpuruk akibat inflasi pada tahun 2024.

Putu Asri Mindariani, seorang pekerja Indonesia di Bastaat, Swedia, mewakili tantangan pekerja Indonesia di luar negeri di sektor perhotelan yang terdampak inflasi. “Harga barang mahal, sedangkan gaji tetap sama, belum ada perubahan. Kami di luar negeri kadang merasa lebih nyaman di tanah air,” katanya.

Ardianto Satriawan, peneliti asal Indonesia yang bekerja di Inha University di Incheon, Korea Selatan, pada pergantian tahun memfokuskan perhatian pada kebijakan baru pajak atau PPN yang memengaruhi sesama warga Indonesia di tanah air. “Semoga ada pertimbangan khusus dari pemerintah karena jika PPN naik, semua harga akan naik. Dari rantai produksi hingga konsumsi akan terdampak, dan pengecualian hanya sedikit. Semoga ada kebijakan yang lebih baik,” harapnya.

Meski menghadapi berbagai tantangan dan harapan untuk tahun yang baru, warga Indonesia di luar negeri tetap berharap kehidupan yang lebih baik di masa depan. Mereka sepakat menginginkan perdamaian dan keamanan, baik dalam aspek politik maupun ekonomi.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah