J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Pasar modal Indonesia berhasil menunjukkan daya tahannya sepanjang 2024, meskipun dihadapkan pada ketidakpastian geopolitik global dan dinamika tahun politik di dalam negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sejumlah indikator pasar modal mencatatkan pertumbuhan positif, mencerminkan optimisme dan kepercayaan pelaku pasar.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengungkapkan capaian tersebut pada acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2024 di Jakarta, Senin (30/12/2024).
“Capaian ini tidak lepas dari kerja keras dan sinergi seluruh pemangku kepentingan. Pasar modal Indonesia tidak hanya bertahan tetapi terus tumbuh, mencatatkan berbagai pencapaian positif sepanjang tahun 2024,” ujar Inarno.
Pertumbuhan Indeks dan Kapitalisasi Pasar
Hingga 27 Desember 2024, IHSG ditutup pada level 7.036,57, mencatatkan pertumbuhan 5,05 persen secara year-to-date (ytd) dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp12.191 triliun. Pasar obligasi, melalui Indonesia Composite Bond Index (ICBI), juga mengalami kenaikan 4,74 persen ytd menjadi 392,36.
Di sisi reksa dana, total dana kelolaan atau asset under management (AUM) per 24 Desember 2024 mencapai Rp840,07 triliun, meningkat 1,37 persen ytd. Pasar Modal Syariah juga mencatatkan pertumbuhan dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di posisi 213,86, naik 0,57 persen, dan kapitalisasi pasar syariah mencapai Rp6.759,54 triliun, tumbuh 9,98 persen.
Rekor Penghimpunan Dana
Sepanjang tahun 2024, pasar modal Indonesia mencatatkan 187 penawaran umum, termasuk 35 emiten baru, dengan total penghimpunan dana mencapai Rp251,04 triliun, melampaui target Rp200 triliun. “Ini adalah bukti nyata kepercayaan yang terus menguat terhadap pasar modal Indonesia,” ungkap Inarno.
Transaksi Perdagangan Karbon
Sejak peluncurannya pada 26 September 2023 hingga akhir tahun ini, transaksi perdagangan karbon mencatatkan volume akumulasi 908.018 ton CO2 ekuivalen dengan total nilai transaksi mencapai Rp50,64 miliar. Inarno menekankan bahwa pencapaian ini mencerminkan respons positif terhadap upaya mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Peningkatan Jumlah Investor
Jumlah investor pasar modal terus meningkat signifikan. Per 24 Desember 2024, jumlah investor yang tercatat di Single Investor Identification (SID) mencapai 14,81 juta, dengan tambahan 2,6 juta investor baru sepanjang tahun ini. Menariknya, mayoritas investor individu berasal dari generasi muda di bawah usia 40 tahun, yang mencapai lebih dari 79 persen dari total investor.
OJK telah menerbitkan berbagai kebijakan strategis sepanjang 2024 untuk memperkuat ekosistem pasar modal, termasuk:
- POJK Nomor 4 Tahun 2024 tentang laporan kepemilikan saham.
- POJK Nomor 6 Tahun 2024 mengenai pembiayaan transaksi margin.
- POJK Nomor 10 Tahun 2024 tentang penerbitan obligasi daerah.
- POJK Nomor 18 Tahun 2024 terkait penyedia likuiditas.
Selain itu, OJK juga meluncurkan tiga kebijakan yang mendukung penguatan pasar modal, yaitu:
- Pengembangan transaksi dan lembaga efek.
- Pengelolaan investasi di pasar modal.
- Penguatan emiten dan perusahaan publik.
- Inarno menyebut langkah ini sebagai bagian dari komitmen OJK untuk mendukung stabilitas ekonomi nasional.
BEI juga memperkenalkan inovasi melalui peluncuran produk derivatif baru, seperti Kontrak Berjangka Saham (Single Stock Futures) dan Kontrak Berjangka Indeks Asing (Index Futures) yang bekerja sama dengan MSCI. Langkah ini diharapkan dapat memperluas variasi investasi di pasar modal Indonesia.
OJK menegaskan komitmennya untuk mendukung program pembangunan berkelanjutan melalui kebijakan dan inovasi di sektor pasar modal. “Kami optimistis bahwa pasar modal Indonesia akan terus tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan, memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional,” pungkas Inarno.
Editor: Agung