J5NEWSROOM.COM, Surabaya – Program makan bergizi gratis yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mulai dilaksanakan di sejumlah sekolah di Jawa Timur. Namun, implementasi awal program ini menghadapi tantangan berupa sisa makanan yang dihasilkan, terutama karena tidak semua siswa menyukai menu yang disediakan. Aktivis Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hanie Ismail, mengusulkan solusi untuk meminimalkan sampah organik, seperti mengedukasi siswa agar menghabiskan makanan atau membawa pulang sisa makanan, serta menyediakan fasilitas pengolahan sampah di sekolah.
Penjabat Gubernur Jawa Timur, Adhi Karyono, menyatakan pemerintah daerah akan bekerja sama dengan dinas terkait, termasuk Dinas Pendidikan dan Dinas Lingkungan Hidup, untuk memitigasi masalah ini. Ia juga menekankan pentingnya pemantauan pelaksanaan program, termasuk pengelolaan sampah yang dihasilkan dari sisa makanan di sekolah.
Di Surabaya, Wali Kota Eri Cahyadi mendorong masyarakat untuk mendukung upaya pengurangan volume sampah melalui pemilahan sampah sejak dari rumah. Dengan inisiatif seperti bank sampah dan TPS3R, pemerintah kota menargetkan pengurangan jumlah sampah yang dibuang ke TPA Benowo dari 1.600 ton menjadi 1.400 ton per hari. TPA Benowo sendiri telah memanfaatkan sampah untuk menghasilkan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), yang menghasilkan sekitar 12 Megawatt listrik setiap harinya.
Agus Nugroho Santoso, Direktur Utama PT Sumber Organik, yang mengelola PLTSa Benowo, menjelaskan bahwa meski sampah organik lebih dominan, sampah non-organik lebih efektif untuk menghasilkan energi karena nilai kalorinya lebih tinggi. Dengan teknologi gasifikasi dan sanitary landfill gas, pengelolaan sampah ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga mendatangkan pendapatan sebesar Rp 80 miliar per tahun dari penjualan listrik ke PLN.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang mengunjungi PLTSa Benowo, memuji pengelolaan sampah di Surabaya sebagai model yang dapat diterapkan di daerah lain. Ia juga menekankan pentingnya membangun budaya untuk menghabiskan makanan sebagai langkah mengurangi sampah organik. Menurutnya, membiasakan masyarakat untuk tidak membuang makanan memiliki dampak positif dalam mengurangi biaya pengelolaan sampah dan mengatasi masalah lingkungan.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah