Oleh Naila Ahmad Farah Adiba
HARI ini ditemani terik matahari yang menghangatkan bumi, izinkan aku menceritakan tentang sebuah kisah indah dari tanah para Nabi yang diberkahi.
Kali ini, kita akan bersama-sama menelusuri jejak perjuangan dan pengorbanan anak-anak, yang bahkan sejak lahir sudah akrab dengan selongsong peluru dan dentuman rudal yang menghancurkan berbagai bangunan.
Selama ini aku berpikir, bahwa mental anak-anak Palestina akan hancur bersamaan dengan kota kelahiran mereka yang lebur. Namun ternyata, iman mereka sekokoh karang yang tak akan hancur sekalipun ombak datang menerjang.
Bayangkan, tujuh puluh enam tahun hidup dalam tekanan. Namun tekad mereka laksana bintang yang akan terus bersinar di atas panggung perjuangan. Tenyata, pepatah itu benar adanya, bahwa pelaut yang hebat tidak akan terlahir dari laut yang tenang.
Jika kita melihat keadaan di sana, apa yang ada dibenak kepala kita? Kengerian, ketakutan, dan perasaan putus asa? Tenyata itu hanya persepsi kita.
Karena, jika berbicara tentang P4l3stina, jangan berbicara soal logika, karena tidak akan berjumpa. Begitu menurut penuturan Ustadz Muhammad Husein Gaza yang selama 12 tahun lebih tinggal di bumi para Nabi.
Sejak mendengar penuturannya, aku termenung lama. Ternyata, begini jadinya ketika akidah telah tertancap kuat dalam jiwa.
Mereka lebih memilih surga dibandingkan kesenangan dunia. Mereka juga lebih memilih bertahan mempertahankan kemuliaan daripada tetap hidup namun penuh dengan kehinaan.
Inilah, kisah dan cerita anak-anak G@z4 yang tetap berjuang mempertahankan Masjidil Aqsha, walaupun bom dan rudal menghancurkan seluruh keluarga mereka.
Kini, aku tersadar. Bahwa mereka adalah anak-anak yang dirindukan surga. Maka, sungguh aku banyak belajar dari mereka. Dan semoga, Allah pertemukan kita kelak di surga-Nya.*
Penulis adalah siswi MAN 1 Kota Batam