AS dan Jepang Perluas Penerapan Sanksi terhadap Rusia

Seorang pekerja duduk di truk tangki airnya di sebelah menara bisnis Lakhta Centre, markas besar monopoli gas Rusia Gazprom di St. Petersburg, Rusia, 27 April 2022. (Foto: Dmitri Lovetsky/AP Photo)

J5NEWSROOM.COM, Amerika Serikat dan Jepang pada Jumat, 10 Januari 2025, menerapkan sanksi baru terhadap Rusia untuk membatasi kemampuannya mendanai perang di Ukraina. Sanksi ini bertujuan untuk melemahkan pendapatan Rusia dari sektor energi, menargetkan produsen minyak utama seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegas.

Departemen Keuangan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 200 entitas dan individu di sektor energi Rusia, termasuk pedagang minyak, penyedia layanan lapangan minyak, dan pejabat energi. Sebanyak 180 kapal pengangkut minyak Rusia juga ditetapkan sebagai “properti yang diblokir,” banyak di antaranya merupakan bagian dari “armada bayangan” yang digunakan untuk mengangkut minyak secara diam-diam.

Di Jepang, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengumumkan pembekuan aset terhadap 33 organisasi dan 12 individu, termasuk warga negara Korea Utara. Jepang juga melarang ekspor ke 53 organisasi dari Rusia, China, dan negara lainnya, menanggapi dukungan Korea Utara terhadap upaya perang Rusia dan penggunaan negara ketiga untuk menghindari sanksi sebelumnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik langkah tersebut, menyebutnya sebagai “pukulan signifikan” terhadap kemampuan Rusia. Menurutnya, sanksi Jepang akan membatasi akses Rusia terhadap mikroelektronika penting, sementara sanksi AS terhadap sektor minyak akan mengganggu rantai pasokan Rusia. Zelenskyy menyatakan bahwa semakin sedikit pendapatan Rusia dari minyak, semakin cepat perdamaian akan terwujud.

Namun, Kremlin memberikan reaksi berbeda. Juru bicara Dmitry Peskov menyebut sanksi tersebut sebagai upaya pemerintahan Biden untuk meninggalkan “warisan beracun” dalam hubungan bilateral dengan Rusia. Ia juga menuduh AS melanggengkan konflik sebelum Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS yang baru.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan bantuan militer tambahan senilai $500 juta untuk Ukraina sebagai bagian dari dukungan yang terus berlanjut dari AS dan sekutunya.

Editor: Agung