Rajab: Bulan Penuh Berkah, Umat Merindukan Junnah

Ilustrasi kemuliaan bulan Rajab. (Foto: Net)

Oleh Nai Ummu Maryam

PERTENGAHAN Rajab sudah terpampang di depan mata kita. Hal ini bermakna gerbang menuju Sya’ban dan Ramadhan sudah begitu hangat untuk disambut dengan suka cita.

Bulan Rajab adalah bulan penuh keberkahan dan kemuliaan. Para ulama pun sangat menganjurkan agar bulan ini diisi dengan meningkatkan ibadah dan amal salih. Serta menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan maksiat.

Sebagaimana bunyi hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang artinya:

“Setahun ada dua belas bulan. Di antaranya empat bulan haram (mulia) : tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, serta Rajab Mudhar yang berada di antara Jumada dan Sya’ban.”

Lalu diperkuat dengan perkataan Allah dalam Al-Quran yang artinya:

“Karena itu janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan itu.” (QS at-Taubah: 36).

Berkaitan dengan ayat di atas, para ulama juga berpendapat, salah satunya Imam al-Baghawi menyatakan bahwa larangan berlaku zalim atau maksiat tentunya berlaku untuk seluruh waktu dalam setahun. Kendati demikian, Allah Swt. secara khusus mengistimewakan keempat bulan ini, sehingga dosa atas kemaksiatan yang dilakukan di dalamnya lebih besar dan begitupun pahala atas amal salih yang dilakukan di dalamnya juga akan lebih banyak (Al-Baghawi Ma’âlim at-Tanzîl, 3/71).

Peristiwa Besar di Bulan Rajab

Jika kita membuka kembali catatan sejarah umat Islam, ternyata banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan Rajab. Peristiwa istimewa yang menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang mulia.

Pertama, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian dan diabadikan dalam Al-Quran (Lihat: QS al-Isra’:1) . Rasulullah saw. mendapatkan perintah langsung dari Allah Swt. untuk menjemput kewajiban menjalankan salat lima waktu bagi umatnya Nabi Muhammad saw.

Kedua, adanya perang Tabuk. Perang ini merupakan perang besar antara pasukan Muslim melawan tentara Bizantium Romawi Timur di bawah kekuasaan Kaisar Heraklius. Setelah melewati rintangan berat dan perbekalan logistik perang yang banyak, akhirnya pasukan Romawi enggan menampakan wajahnya. Sebab Allah meletakkan ketakutan pada tentara Romawi. Yakni sebuah ketakutan melihat bagaimana kegagahan pasukan Muslim yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw.

Ketiga, peristiwa Perang Yarmuk, yakni pertempuran terbesar dalam sejarah Islam antara pasukan Khilafah Islam melawan Kekaisaran Romawi. Perang ini dipimpin oleh Panglima Khalid bin Walid pada tahun ke-15 H (636 M) yakni di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. Perang ini dimenangkan oleh umat Islam hingga runtuhnya kekuasaan Romawi di wilayah Syam. Tentunya hal ini lah jalan bagi masuknya kaum Muslim untuk menaklukkan wilayah Palestina, Mesir dan sekitarnya.

Peristiwa selanjutnya yakni pembebasan Baitul Maqdis yang pertama (tahun ke-15 H atau 637 M) dan pembebasan Baitul Maqdis yang kedua (583 H atau 1187 M) juga berlangsung di bulan Rajab yang mulia di bawah pimpinan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi.

Kemudian, bulan Rajab yang begitu menyedihkan di saat runtuhnya khilafah atau institusi persatuan umat Islam yang terjadi tepat pada tanggal 27 Rajab tahun 1342 H (3 Maret 1924).

Khilafah adalah lambang persatuan umat Islam. Institusi yang mampu menjadi junnah (perisai) di kala umat mengalami berbagai persoalan hidup.

Namun sayangnya, musuh-musuh Islam membuat stigma buruk tentang keberadaan khilafah. Sehingga lupa bahwa Islam pernah berjaya sejak masa Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayyah, Khilafah ‘Abasiyah dan yang terakhir Khilafah Utsmaniyah, dan tercatat kurang lebih 13 abad lamanya dan menguasai ⅔ dunia.

Sejak keruntuhan institusi yang mulia ini umat Islam terpecah-belah menjadi lebih dari 50 negara yang lemah. Lemah secara fisik, akidah hingga lemah secara sektor ekonomi. Semua dijajah oleh bangsa-bangsa kafir.

Mengembalikan Kemuliaan Umat

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengimani Allah.” (QS Ali-Imran:110).

Maka sebagai umat Islam, sudah saatnya kita mengembalikan Kemuliaan umat Islam. Kita adalah umat terbaik. Jangan pernah berpaling dari agama atau menjauhkan diri dari agama.

Memperjuangkan kembali institusi umat Islam adalah sebuah kemuliaan. Melalui jalan dakwah yang ahsan akan memberikan pemahaman bagi kaum muslimin agar tetap rindu mengembalikan kehidupan Islam di tengah bobroknya sistem kehidupan.*

Penulis dan Pegiat Literasi Islam di Batam