Oleh Naila Ahmad Farah Adiba
SETELAH kemarin ditemani oleh mentari yang hadir menyapa, kali ini aku hadir ditemani oleh rintik air yang memberikan kesegaran untuk dunia.
Terima kasih telah membaca cerita yang aku tuliskan, kini aku akan mencoba untuk menuliskan bagaimana sikap kita setelah mengetahui tentang anak-anak di Palestina dengan segala perjuangan dan pengorbanan yang telah mereka usahakan.
Melihat anak-anak yang masih belia turut memperjuangkan Islam, aku merasa tertampar sangat dalam. Jika mereka saja ikut mempertahankan Masjidil Aqsha, apakah kita hanya akan bungkam tanpa kata?
Kita yang hidup dengan segala ketenangan dan kenyamanan dunia, tidakkah memikirkan nasib saudara-saudara kita di sana? Bukankah sesama muslim itu bersaudara?
Tapi mengapa ketika mereka dihabisi, kita tak mampu untuk memberikan kontribusi? Jangankan pergi untuk melawan, untuk memberitakan dan menyebarkan keadaan mereka saja kita enggan.
Apakah kini perasaan iba itu telah hilang dari jiwa, hingga ketika melihat kezaliman kita hanya bergeming tanpa suara? Ataukah nurani itu telah tertutupi oleh debu dunia, hingga keindahan surga tak lagi terasa?
Teman, Cobalah untuk mulai ikut berpartisipasi dan bersinergi dalam perjuangan ini. Jika kesibukan kerja, rumah, sekolah, dan kuliah yang menjadi alibi, aku tak akan mempercayai.
Karena sejatinya, jika kita menolong agama Sang Pencipta, maka kemudahan akan menyertai setiap langkah kehidupan kita. Camkan itu dalam benak kepala, bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan, akan mendapatkan balasan.
Kontribusi itu tak harus sama, karena setiap kita memang diciptakan berbeda. Maka, gunakan segala kemampuan yang dimiliki, untuk menyebarkan kebenaran di muka bumi.
Jika pandai dalam merangkai kata, gunakan guratan pena itu untuk menyadarkan para generasi muda agar kembali kepada jalan yang diridhai-Nya.
Jika lugas di dalam berbicara, gunakan kemampuan itu untuk membimbing para pemuda untuk membela kehormatan agamanya.
Serta segala kemampuan yang teman-teman miliki selama ini. Gunakan itu untuk menjaring jariyah yang semoga bisa menghantarkan kita menuju Jannah-Nya.
Teman, aku tahu, perjuangan ini sangat berliku. Dihujani dengan cobaan yang kadang tak menentu. Namun, lupakah engkau? Bahwa bukan dunia yang kita tuju, melainkan surga di langit ketujuh.
Karena pada akhirnya, bukan seberapa banyak orang yang berhasil kita ajak kepada kebenaran, melainkan seberapa istikamah kita di dalam barisan perjuangan. *
Penulis adalah Siswi MAN 1 Kota Batam