J5NEWSROOM.COM, Permintaan global terhadap tembaga terus meningkat, didorong oleh pesatnya elektrifikasi dan pertumbuhan industri teknologi. Meskipun produksi katoda tembaga mengalami penurunan, produk hilir berbasis tembaga justru menunjukkan tren pertumbuhan positif antara 2019 hingga 2023.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, saat merilis hasil riset mengenai tantangan dan implikasi hilirisasi mineral di Indonesia di Restoran Plataran Senayan, Jakarta, pada Senin, 3 Februari 2025. Esther menilai tren ini sebagai peluang bagi Indonesia untuk memperkuat industri hilirisasi tembaga dan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional.
“Penting untuk menjaga keberlanjutan sektor SDA guna mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Esther.
Beberapa produk hilir tembaga yang mengalami pertumbuhan signifikan dalam lima tahun terakhir antara lain Cu Wire, yang meningkat dari 192 juta ton menjadi 2,18 juta ton; Electric Wire yang tumbuh dari 561,97 ribu ton menjadi 754,8 ribu ton; dan Cu Rod yang naik dari 8,53 juta ton menjadi 8,9 juta ton.
Sebagai salah satu negara penghasil tembaga, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri hilir dan tidak hanya berperan sebagai eksportir bahan mentah. Dengan tren global yang mengarah pada penggunaan produk hilir tembaga dalam berbagai sektor teknologi dan energi, Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional.
“Indonesia memiliki potensi besar dalam menyediakan bahan baku untuk teknologi hijau seperti baterai kendaraan listrik dan infrastruktur energi terbarukan melalui kekayaan sumber daya mineral nikel dan tembaga,” pungkasnya.
Sumber: RMOL
Editor: Agung