J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengungkapkan bahwa Indonesia menargetkan impor 250 ribu ekor sapi hidup pada tahun 2025. Target lima tahunan untuk sapi perah susu mencapai 1,2 juta ekor, sementara untuk sapi daging sebanyak 800 ribu ekor, dengan total dua juta sapi dalam lima tahun. “Untuk tahun ini, target impor sapi daging dan susu adalah 250 ribu ekor,” tambahnya.
Langkah ini diambil sebagai upaya menekan impor daging sapi dan susu serta menambah jumlah indukan sapi di Indonesia. Sudaryono menekankan pentingnya mendukung peternak lokal dan produksi dalam negeri, sambil mengurangi ketergantungan pada impor demi kesejahteraan rakyat.
Impor sapi tersebut dilakukan oleh pihak swasta, bukan pemerintah. Sekitar 141 perusahaan swasta akan mengimpor sapi indukan dari berbagai negara, termasuk Brasil, Australia, dan Amerika Serikat. Beberapa perusahaan telah mendatangkan sapi hidup dalam jumlah bervariasi, mulai dari 50 hingga 200 ekor. Sudaryono menjelaskan bahwa pemerintah hanya memberikan fasilitas, sementara biaya impor sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha atau investor.
Indukan sapi yang diimpor nantinya akan disalurkan kepada peternak kecil dan besar melalui pola kemitraan.
Meski wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sedang merebak di beberapa wilayah Indonesia, Sudaryono tidak terlalu khawatir. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan terus memonitor perkembangan wabah dan mendorong peternak untuk melakukan vaksinasi secara mandiri, dengan harga vaksin yang terjangkau. Ia juga yakin bahwa negara-negara pengimpor sapi, seperti Brasil, sudah bebas dari PMK.
Sementara itu, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, mengingatkan pemerintah tentang tantangan dalam mencapai target tersebut. Ia merujuk pada pengalaman masa lalu, di mana pemerintah gagal mencapai target impor sapi perah yang ditetapkan, hanya terealisasi 3.000 ekor dari 300 ribu ekor yang direncanakan. Khudori mengingatkan bahwa untuk mencapai target ini, pemerintah harus mempersiapkan lahan yang luas untuk peternakan dan pasokan pakan ternak yang cukup.
Khudori juga menyayangkan ketergantungan pada bibit sapi impor, padahal Indonesia memiliki sapi lokal berkualitas seperti sapi Bali dan sapi Toraja. Ia menekankan perlunya pengembangan bibit sapi lokal yang unggul, meskipun ini membutuhkan anggaran dan riset jangka panjang. Ia juga menyebutkan bahwa negara-negara pengimpor sapi tidak akan mendukung Indonesia mencapai swasembada daging dan susu sapi, karena itu akan mengancam pasar besar mereka. Oleh karena itu, Khudori berpendapat bahwa pengembangan sapi lokal harus menjadi prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Editor: Agung