![](https://j5newsroom.com/wp-content/uploads/2025/02/JET-TEMPUR-CHINA-1024x598.jpg)
J5NEWSROOM.COM, Taiwan – Taiwan mengungkapkan pada Rabu, 12 Februari, bahwa pihaknya mendeteksi keberadaan 62 pesawat militer China di sekitar wilayahnya dalam sepekan terakhir, bertepatan dengan perjalanan dua kapal Amerika Serikat melalui Selat Taiwan yang sensitif.
Amerika Serikat dan sekutunya secara rutin melintasi Selat Taiwan sepanjang 180 kilometer untuk menegaskan status perairan tersebut sebagai jalur laut internasional, yang kerap memicu kemarahan Beijing.
Meskipun tidak pernah memerintah Taiwan, China mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya dan berulang kali mengancam akan mengambilnya dengan paksa.
Taipei menyatakan bahwa kapal-kapal AS mulai berlayar dari utara ke selatan sejak 10 Februari.
Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menanggapi dengan mengatakan bahwa mereka terus memantau pergerakan kapal perusak dan kapal survei laut milik AS.
“Tindakan AS ini mengirimkan sinyal yang salah dan meningkatkan risiko keamanan,” ujar Li Xi, seorang kolonel senior sekaligus juru bicara Komando Militer Palagan Timur China, dalam pernyataan resminya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan, Sun Li-fang, menepis kritik tersebut dan menegaskan dukungan Taipei terhadap prinsip kebebasan navigasi di Selat Taiwan.
“Mengenai situasi di sekitar Selat Taiwan, saya rasa tidak perlu menjelaskan lebih lanjut siapa yang sebenarnya menjadi sumber ketegangan,” katanya kepada wartawan pada Rabu.
“Semua negara di sekitar kawasan ini pasti memahami dengan jelas situasi yang sedang terjadi.”
Pelayaran kapal AS ini menjadi yang pertama sejak Presiden Amerika Donald Trump resmi menjabat pada Januari lalu.
Insiden ini juga terjadi setelah Trump dan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, pada Jumat, 7 Februari, menyatakan bahwa mereka menentang segala upaya sepihak untuk mengubah status quo di Selat Taiwan dengan kekerasan atau paksaan.
Menurut data Kementerian Pertahanan Taiwan, sebanyak 62 pesawat militer China terdeteksi di sekitar pulau itu dalam rentang waktu 48 jam hingga pukul 06.00 pagi waktu setempat pada Rabu, bertepatan dengan perjalanan kapal-kapal AS.
“Kami telah memantau situasi dan meresponsnya dengan langkah-langkah yang tepat,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Taiwan berpotensi menjadi titik panas dalam ketegangan antara China dan Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama serta pemasok senjata terbesar bagi pulau tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing semakin meningkatkan tekanan politik dan militernya terhadap Taipei guna memaksanya menerima klaim kedaulatan China, termasuk dengan menggelar latihan perang skala besar sejak Presiden Lai Ching-te dilantik pada Mei tahun lalu.
Pengerahan rekor pesawat militer China, yang mencapai 153 unit, tercatat terjadi pada 15 Oktober setelah Beijing melaksanakan latihan militer besar-besaran sebagai respons terhadap pidato Hari Nasional yang disampaikan oleh Presiden Lai beberapa hari sebelumnya.
Editor: Agung