
J5NEWSROOM.COM, Lebanon memblokir penerbangan Iran ke Beirut pada Kamis, 13 Februari 2025, setelah Israel menuduh Iran menggunakan penerbangan sipil untuk mengirim uang tunai kepada kelompok Hizbullah.
Pihak berwenang Iran menyatakan bahwa penerbangan Mahan Air ke Beirut dibatalkan sebelum lepas landas karena Lebanon belum memberikan izin pendaratan. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, para penumpang terlihat frustrasi karena harus menunggu tanpa kepastian.
Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Beirut menyatakan bahwa pemerintah Lebanon meminta beberapa maskapai untuk menyesuaikan jadwal penerbangan sebagai bagian dari langkah keamanan tambahan. Middle East Airlines, maskapai nasional Lebanon, dikabarkan mengirim pesawat ke Teheran untuk menjemput para penumpang yang terdampak.
Tindakan Lebanon ini menyusul tuduhan dari juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, yang mengklaim bahwa Pasukan Quds Garda Revolusi Iran menyelundupkan uang tunai ke Hizbullah melalui penerbangan sipil. Israel dilaporkan telah memberikan informasi ini kepada kelompok pemantau gencatan senjata yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Mahan Air, maskapai yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat, telah melakukan 26 penerbangan dari Iran ke Beirut sejak 1 Desember 2024. Peneliti David Daoud menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya Lebanon memblokir penerbangan Mahan Air sejak gencatan senjata pada 27 November.
Hizbullah sendiri memulai konflik dengan Israel pada Oktober 2023 sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas, sebelum akhirnya menyetujui gencatan senjata setelah serangan Israel menargetkan pemimpin mereka.
Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan Hizbullah memperkuat diri dan akan menggunakan segala cara yang tersedia untuk menegakkan kesepakatan gencatan senjata. Daoud menambahkan bahwa langkah Lebanon ini bisa menjadi sinyal kepada Israel bahwa negara itu mengambil tindakan terhadap pengiriman dana ke Hizbullah.
Namun, konsistensi kebijakan Lebanon masih menjadi pertanyaan, mengingat tekanan geopolitik yang mereka hadapi. Peneliti Matthew Levitt dari Washington Institute for Near East Policy menyatakan bahwa pembatalan penerbangan Mahan Air adalah langkah positif yang menunjukkan upaya Lebanon untuk menegaskan kembali kedaulatan negara mereka.
Editor: Agung