
J5NEWSROOM.COM, Para diplomat utama dari Amerika Serikat dan Rusia bertemu di Riyadh, Arab Saudi, pada Selasa untuk membahas peningkatan hubungan dan negosiasi guna mengakhiri perang di Ukraina. Pertemuan ini mencerminkan perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menghadiri pertemuan tersebut tanpa kehadiran pejabat Ukraina. Rubio mengungkapkan bahwa kedua negara menyepakati empat prinsip utama. Pertama, mereka akan mengganti staf di kedutaan masing-masing dan membentuk tim tingkat tinggi untuk melanjutkan negosiasi. Kedua, Amerika Serikat akan menunjuk tim khusus guna memastikan jalannya negosiasi yang berkesinambungan. Ketiga, mereka akan mulai membahas kerja sama geopolitik dan ekonomi yang dapat ditindaklanjuti setelah konflik berakhir. Keempat, lima diplomat yang hadir dalam pertemuan akan tetap terlibat dalam proses ini guna memastikan kelangsungan negosiasi.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Mike Waltz, menegaskan kembali komitmen pemerintah AS untuk mengakhiri perang namun tidak merinci solusi terkait persoalan konsesi teritorial yang kompleks. Sementara itu, Lavrov menilai bahwa kedua belah pihak telah menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap posisi masing-masing dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan ini menjadi yang paling signifikan sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina dan bertujuan membuka jalan bagi pembicaraan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin. China menyambut baik pertemuan ini dan berharap semua pihak yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam proses perdamaian pada waktu yang tepat.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa negaranya tidak akan menerima hasil dari pembicaraan tersebut jika tidak dilibatkan secara langsung. Beberapa sekutu Eropa juga menyatakan keprihatinan karena dikesampingkan dalam diskusi yang berpotensi menentukan masa depan Ukraina.
Editor: Agung