
J5NEWSROOM.COM, Bogor – Dalam upaya meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) di lingkungan Kejaksaan Agung, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana kembali menggelar Safari Sharing Komunikasi dan Motivasi. Pesertanya 390 jaksa yang berasal dari seluruh Indonesia.
Doktor komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut menekankan pentingnya komunikasi efektif dalam mendukung profesionalisme seorang jaksa.
“Komunikasi yang baik tidak hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga membangun kredibilitas, kepercayaan, dan integritas. Seorang jaksa harus mampu berkomunikasi dengan persuasif, baik di dalam persidangan, saat berkoordinasi dengan pihak terkait, maupun saat berinteraksi dengan masyarakat,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Pusat itu terus mendapatkan rezeki. Bahkan sering beruntun. Hal itu membuatnya makin bersyukur dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Rezeki yang diperoleh Dr Aqua Dwipayana terkadang mendadak. Datangnya tiba-tiba dari arah dan sumber yang tidak disangka-sangka.
Terakhir mantan wartawan di banyak media besar itu mendapat undangan mendadak dari Badan Pendidik dan Latihan (Diklat) Kejaksaan Agung Republik Indonesia untuk memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi kepada ratusan jaksa yang bertugas di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Pria rendah hati itu mensyukuri amanah tersebut.
Undangan itu meski mendadak tidak mengurangi kualitas Sharing Komunikasi dan Motivasi yang disampaikan Dr Aqua Dwipayana. Bersama timnya mempersiapkan secara optimal materinya.
Dr Aqua Dwipayana melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi pada Sabtu 15 Februari 2025. Kali ini, doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran itu memaparkan materinya kepada 390 jaksa se-Indonesia. Badan Diklat Kejaksaan Agung yang mengundangnya.
Sharing yang disampaikan Dr Aqua Dwipayana lewat zoom bertajuk “Transformasi Badan Diklat Kejaksaan RI untuk Mengakselerasi Peningkatan Kapabilitas SDM Kejaksaan berkelas Dunia menuju Indonesia Emas Tahun 2045” pada Sabtu, 15 Februari 2025, pukul 07.45 – 09.45 WIB.
Banyak Data
Undangan Sharing Komunikasi dan Motivasi itu diterima Dr Aqua Dwipayana mendadak. Kamis siang, 13 Februari 2025 Sekretaris Badan Diklat Kejaksaan Agung Ade Tajudin Sutiawarman mengontak pembicara laris tersebut.
Ade yang mantan Kepala Kejaksaa Bali dan Jawa Barat menyampaikan undangan diserta penjelasan terkait pelaksanaan kegiatan tersebut. “Semoga Pak Aqua bisa dan berkenan memenuhi undangan kami untuk sharing dengan 390 jaksa yang sedang mengikuti pendidikan di Badan Diklat Kejaksaan Agung,” ujar pria yang rendah hati itu sambil menginformasikan stafnya bernama Leila akan mengontak Dr Aqua Dwipayana.
Tidak lama kemudian Kepala Sub Bidang Pengajaran Leila Qadria Puspitarini Monoarfa telepon Dr Aqua Dwipayana. Menindaklajuti komunikasi motivator kawakan itu dengan Ade.
Ibu satu anak itu dengan ramah menginformasi secara detil tentang rencana sharing dengan ratusan jaksa. Juga mengirimkan semua data yang dibutuhkan Dr Aqua Dwipayana untuk pembuatan materinya.
Untuk melengkapi informasi terkait kegiatan itu, Jumat siang, 14 Februari 2025, sehari sebelum acara, Dr Aqua Dwipayana silaturahim ke Ade dan Leila di kantor Badan Diklat Kejaksaan Agung di Jakarta. Banyak data yang diperolehnya.
Para peserta merupakan pejabat Eselon IV dan Jaksa Fungsional di lingkungan Kejaksaan Agung. Mereka berasal dari
Diklat Teknis Restorative Justice Angkatan I dan II Tahun 2024 masing-masing angkatan sebanyak 30 orang yaitu:
1. Kasi/Jaksa Fungsional pada Aspidum dan Asdatun di Kejaksaan Tinggi se-Indonesia.
2. Kasi/Kasubsi/Jaksa Fungsional pada Bidang Pidum atau Datun di Kejaksaan Negeri se-Indonesia.
3. Diklat Terpadu Pemulihan Aset Angkatan I dan II Tahun 2024 masing-masing angkatan sebanyak 30 orang yaitu Kasi/Jaksa Fungsional pada Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan yang berasal dari Kejaksaan Negeri seluruh Indonesia.
4. Diklat Peradilan yang Fair (Fair Trial) bagi Penyandang Disabilitas yang berhadapan dengan Hukum Angkatan I dan II Tahun 2024 masing-masing angkatan sebanyak 30 orang yaitu:
5. Kasi/Jaksa Fungsional Kejaksaan Tinggi se-Indonesia.
6. Kasi/Kasubsi/Jaksa Fungsional pada Kejaksaan Negeri se-Indonesia.
Diklat Tindak Pidana Terorisme dan Pendanaan Terorisme Angkatan I dan II Tahun 2025 masing-masing angkatan sebanyak 30 orang yang terdiri dari:
1. Kasi/Jaksa Fungsional pada Aspidum di Kejaksaan Tinggi se-Indonesia.
2. Kasi/Kasubsi/Jaksa Fungsional pada Bidang Pidum atau Intelijen di Kejaksaan Negeri se-Indonesia.
Diklat Terpadu Narkotika dan Zat Adiktif Angkatan I dan II Tahun 2025 masing-masing angkatan sebanyak 30 orang yang terdiri dari:
1. Kasi/Jaksa Fungsional pada Aspidum di Kejaksaan Tinggi se-Indonesia.
2. Kasi/Kasubsi/Jaksa Fungsional pada Bidang Pidum di Kejaksaan Negeri se-Indonesia.
3. Diklat Tindak Pidana Korupsi dan TPPU Tahun 2025 sebanyak 30 orang yang terdiri:
4. Kasi/Jaksa Fungsional pada Aspidsus di Kejaksaan Tinggi se-Indonesia.
5. Kasi/Kasubsi/Jaksa Fungsional pada Bidang Pidsus di Kejaksaan Negeri se-Indonesia.
Elemen Krusial
Menjelang menyampaikan materinya Dr Aqua Dwipayana mengatakan tak hanya aspek teknis dan hukum, komunikasi efektif juga menjadi elemen krusial dalam membentuk jaksa yang profesional dan berintegritas. Untuk itu para jaksa agar mendalami komunikasi dan konsisten mempraktikkannya.
Para jaksa menurut Dr Aqua Dwipayana perlu mengasah keterampilan komunikasi agar lebih persuasif, kredibel, dan berintegritas menjalankan tugasnya. Hal ini penting dilaksanakan untuk kesuksesan bekerja sebagai jaksa.
“Seorang jaksa tidak hanya dituntut menguasai aspek hukum, tetapi juga harus mampu berkomunikasi dengan baik. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam setiap aspek pekerjaan, mulai dari persidangan, penyelidikan, hingga interaksi dengan masyarakat,” tegas pria ramah itu.
Dr Aqua Dwipayana mengatakan bahwa komunikasi yang baik akan membangun kepercayaan publik terhadap institusi kejaksaan, sehingga peran jaksa sebagai penjaga keadilan dapat lebih maksimal.
Dr Aqua Dwipayana juga membagikan beberapa strategi komunikasi yang dapat diterapkan oleh para jaksa untuk meningkatkan efektivitas dalam menjalankan tugas mereka:
1. Komunikasi Berbasis Empati – Seorang jaksa harus mampu memahami sudut pandang berbagai pihak yang terlibat dalam proses hukum untuk mencapai keputusan yang adil.
2. Kejelasan dan Ketegasan dalam Berbicara – Menggunakan bahasa yang lugas dan tidak berbelit agar pesan yang disampaikan mudah dipahami.
3. Membangun Kredibilitas – Jaksa harus mampu menjaga kepercayaan publik dengan bertindak transparan dan profesional dalam setiap aspek pekerjaan.
4. Pendekatan Adaptif – Menyesuaikan gaya komunikasi dengan lawan bicara, baik itu sesama jaksa, masyarakat, maupun pihak terdakwa.
5. Penggunaan Media Digital – Memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk menyampaikan informasi yang transparan dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi kejaksaan.
Dr Aqua Dwipayana yang mendalami dan mempraktikkan Ilmu Komunikasi selama puluhan tahun memaparkan strategi komunikasi yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi, mulai dari penyampaian argumen di pengadilan, koordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya, hingga menghadapi media massa. Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang beretika dan penuh empati, terutama saat berinteraksi dengan masyarakat.
“Komunikasi yang baik adalah kunci untuk membangun kepercayaan publik. Sebagai penegak hukum, jaksa harus mampu menyampaikan pesan dengan jelas, meyakinkan, dan penuh integritas. Hal ini tidak hanya memperkuat posisi Kejaksaan sebagai institusi yang dipercaya, tetapi juga mendukung terwujudnya keadilan yang transparan,” jelas penulis buku “super best seller” The Power of Silaturahim ini.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Badan Diklat Kejaksaan Agung untuk terus meningkatkan kapabilitas SDM Kejaksaan. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para jaksa dapat terus mengembangkan diri, tidak hanya dalam aspek teknis hukum, tetapi juga dalam kemampuan komunikasi dan soft skills lainnya. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing global, khususnya dalam institusi penegakan hukum.
Ke depan, Badan Diklat Kejaksaan Agung berkomitmen untuk terus mengadakan pelatihan serupa guna mendukung transformasi dan peningkatan kapabilitas SDM Kejaksaan. Dengan demikian, diharapkan Kejaksaan dapat menjadi institusi yang profesional, kredibel, dan dipercaya oleh masyarakat, serta berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Perubahan Mindset dan Budaya Kerja
Dr Aqua Dwipayana menekankan pentingnya transformasi di Badan Diklat Kejaksaan Agung sebagai motor penggerak dalam menciptakan SDM kejaksaan yang adaptif, kompeten, dan siap menghadapi tantangan global.
Pria yang hobi membaca ini mengungkapkan transformasi bukan sekadar perubahan struktural, tetapi juga perubahan mindset dan budaya kerja yang lebih adaptif dan inovatif. Para jaksa harus mampu melakukan hal itu.
“Jika kita ingin kejaksaan berkelas dunia, kita harus mulai dari diri sendiri. Transformasi SDM adalah fondasi utama menuju kejaksaan yang modern, profesional, dan unggul di tingkat global,” ujar pria yang hobi silaturahim itu.
Menurut Dr Aqua Dwipayana, Kejaksaan Agung memiliki peran strategis dan krusial dalam menjaga supremasi hukum dan stabilitas nasional. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM menjadi kebutuhan mendesak guna menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
“Kejaksaan bukan sekadar institusi penegak hukum, tetapi juga pilar utama dalam menjaga keseimbangan keadilan di masyarakat. Transformasi Badan Diklat Kejaksaan Agung harus dilakukan secara sistematis agar setiap jaksa memiliki wawasan global, profesionalisme tinggi, dan mampu bersaing di level internasional,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Pembicara yang telah memotivasi lebih dari 2 juta orang baik di Indonesia maupun di puluhan negara itu membahas beberapa poin utama dalam proses transformasi, yakni:
1. Reformasi Kurikulum Diklat: Menyesuaikan materi pelatihan dengan perkembangan hukum internasional dan tantangan zaman.
2. Peningkatan Kapabilitas Pengajar: Meningkatkan kompetensi para pengajar di Badan Diklat melalui benchmarking dengan lembaga pelatihan hukum di luar negeri.
3. Pemanfaatan Teknologi Digital: Digitalisasi pembelajaran untuk meningkatkan akses dan efektivitas pendidikan bagi para jaksa.
4. Penguatan Soft Skills: Mengembangkan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan etika profesional bagi setiap jaksa.
Badan Diklat Kejaksaan Agung
Pimpinan: Dr Leonard Eben Ezer Simanjuntak.
Doktrin Kejaksaan RI: Trapsila Adhyaksa Berakhlak, Visi Kejaksaan RI 2025-2029,
Doktrin Kejaksaan RI: Tri Krama Adhyaksa
I. Satya
Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun sesama manusia.
II. Adhi
Kesempurnaan dalam bertugas dan berunsur utama pemilikan rasa tanggung jawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap keluarga, dan terhadap sesama manusia.
III. Wicaksana
Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku khususnya dalam pengetrapan kekuasaan dan kewenangannya.
Trapsila Adhiyaksa Berakhlak:
1. Berorientasi pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat;
2. Akuntabel, yaitu bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan;
3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
4. Harmonis, yaitu saling peduli dan menghargai perbedaan;
5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara;
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan serta menghadapi perubahan; dan
7. kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
Visi Kejaksaan RI Tahun 2025-2029 butir ke-5, yaitu “Membentuk Aparatur Kejaksaan Republik Indonesia yang menjadi Panutan (role model) Penegak Hukum yang Profesional dan Berintegritas”.
Perintah Harian Jaksa Agung R.I.
1. Bangun Budaya Kerja yang terencana, prosedural, terukur, dan akuntabel dengan terwujudnya kepatuhan Internal dan mitigasi risiko untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Gunakan hati Nurani dan akal sehat sebagai landasan di dalam melaksanakan tugas dan kewenangan.
3. Wujudkan soliditas melalui kesamaan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak guna mengaktualisasikan prinsip Een En Ondelbar.
4. Benahi pemanfaatan Teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas secara efektif.
5. Jadikan Pembinaan, Pengawasan, dan Badan Diklat Kejaksaan sebagai Trisula Penggerak Perubahan sekaligus penjamin mutu pelaksanaan tugas secara profesional dan terukur.
6. Laksanakan penegakan hukum yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
7. Persiapkan arah kebijakan Institusi Kejaksaan dalam menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045.*
Editor: Agung