
J5NEWSROOM.COM, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menargetkan Indonesia dapat mencapai swasembada pangan, khususnya padi dan jagung, dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Selain menekan impor, pemerintah juga berupaya memperkuat sektor perkebunan agar dapat meningkatkan ekspor dan menambah devisa negara.
“Kita juga harus mampu menekan impor dan memperkuat beberapa komoditas pertanian lainnya termasuk komoditas perkebunan untuk dapat diekspor sehingga menambah devisa bagi negara,” ujar Amran.
Sejalan dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widiarsanti, menegaskan bahwa subsektor perkebunan memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Selain berkontribusi pada ekspor dan ketahanan pangan, sektor ini juga menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kebijakan pembangunan sektor perkebunan harus dirancang secara komprehensif untuk menjawab berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada,” ungkapnya.
Dalam acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) Volume 08 yang bertema “Kebijakan Pembangunan Sektor Perkebunan: Tantangan dan Peluang bagi Penyuluh Pertanian”, perwakilan dari Ditjen Perkebunan, Agnes, memaparkan bahwa total nilai ekspor nasional mencapai Rp3.438,4 triliun. Dari jumlah tersebut, sektor nonpertanian menyumbang 86,30 persen, sementara sektor pertanian berkontribusi 13,70 persen, di mana 92,96 persen berasal dari sektor perkebunan.
Agnes juga mengungkapkan hasil Evaluasi Produksi Akhir Giling Tahun 2024, yang mencatat luas areal panen mencapai 520.823 hektare dengan produksi tebu sebesar 33.216.612 ton. Rendemen yang mencapai 7,42 persen menghasilkan gula kristal putih (GKP) sebanyak 2.456.514 ton.
“Luas areal mengalami peningkatan sebesar 3,18 persen, dan rendemen meningkat sebesar 1,47 persen dibandingkan tahun 2023. Produksi tebu naik 6,99 persen, sementara produksi gula meningkat 8,56 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh anomali El Nino medium, di mana musim kemarau yang terjadi masih tergolong kemarau basah,” jelasnya.
Agnes juga menyoroti perlunya peremajaan tanaman ratoon yang masih mendominasi lebih dari 75 persen dari total areal, guna meningkatkan produktivitas tebu. Selain itu, ia menekankan pentingnya menyesuaikan realisasi impor dengan persetujuan impor (PI) yang telah diterbitkan.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, peran penyuluh pertanian dinilai sangat penting dalam mendukung petani dan pelaku usaha perkebunan untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong ekspor hasil perkebunan. Melalui kebijakan yang tepat dan pendampingan intensif, sektor perkebunan diharapkan semakin berkontribusi terhadap pencapaian swasembada pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Editor: Agung