China Gelar Pertemuan Politik di Tengah Bayang-bayang Tarif Baru AS

Presiden China Xi Jinping

J5NEWSROOM.COM, Beijing – China mulai minggu ini akan menggelar pertemuan politik terbesarnya tahun ini di tengah ancaman tarif tambahan dari Amerika Serikat. Para pemimpin di Beijing berusaha mengatasi tantangan ekonomi yang disebut oleh Presiden Xi Jinping sebagai “kompleks dan beraneka ragam.”

Ribuan elit politik dan anggota parlemen China akan berkumpul di Beijing mulai Selasa, 4 Maret 2025, untuk menghadiri “Dua Sesi” atau “Lianghui,” yang bertujuan menetapkan dan mendiskusikan berbagai agenda kebijakan tahun ini.

Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, yang dihadiri oleh perwakilan dari kalangan bisnis, akademisi, serta anggota pemerintahan dan partai, akan berlangsung pada hari pertama. Sehari setelahnya, Kongres Rakyat Nasional (NPC) akan memulai sesi legislatif tahunannya, di mana Perdana Menteri Li Qiang dijadwalkan menyampaikan laporan kerja pemerintah yang akan menguraikan target pertumbuhan ekonomi dan kebijakan utama lainnya.

Pertemuan tahun ini berlangsung di tengah kondisi ekonomi yang lesu, melemahnya permintaan domestik, rendahnya kepercayaan investor dan konsumen, serta krisis berkepanjangan di sektor properti. Ancaman perang dagang dengan Amerika Serikat juga semakin membayangi, dengan tarif tambahan sebesar 10% atas semua impor China yang akan mulai berlaku pada hari yang sama.

Sejumlah analis menilai bahwa NPC tahun ini menjadi kesempatan penting bagi kepemimpinan China untuk menunjukkan persatuan politik dan menegaskan bahwa negara itu tetap berada di jalur yang benar menuju kejayaan di bawah kepemimpinan Xi Jinping.

Pakar politik China di Mercator Institute for China Studies (Merics), Nis Grunberg, menyatakan bahwa bagi Beijing, kepemimpinan Partai Komunis yang kuat serta penguatan ketahanan ekonomi dan teknologi terhadap guncangan eksternal menjadi lebih penting dibanding sebelumnya. Ia menilai strategi ini sebagai cara utama untuk memastikan kebangkitan China dalam jangka panjang.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di majalah Partai Komunis China, Qiushi, pada Sabtu, 1 Maret 2025, Presiden Xi Jinping menyoroti beberapa prioritas utama dalam kebijakan ekonomi, termasuk memperkuat hubungan antara pasar dan pemerintah, menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan, mengoptimalkan alokasi sumber daya, serta menyeimbangkan kualitas dan skala dalam pembangunan.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ekonomi China diperkirakan akan tumbuh sekitar 5% pada tahun ini, sejalan dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2024.

Lizzi Lee, peneliti ekonomi di Asia Society Policy Institute, mengatakan bahwa target tersebut mencerminkan pengakuan atas hambatan ekonomi yang ada, namun tetap menunjukkan optimisme terhadap keberlanjutan dan stabilitas ekonomi.

Selain menghadapi tarif impor dari AS yang berpotensi meningkat hingga 20%, pemerintah China diperkirakan akan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan konsumsi domestik.

“Kita mungkin akan melihat langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong pengeluaran, di luar program subsidi tukar tambah untuk mobil, peralatan rumah tangga, dan produk digital,” ujar Lee.

Selain itu, ia menilai bahwa pemerintah China kemungkinan akan mengalokasikan sumber daya lebih banyak ke sektor perdagangan berbasis streaming langsung dan “ekonomi perak,” yakni barang dan jasa untuk lansia, sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

China juga diperkirakan akan meningkatkan defisit fiskal, membentuk dana investasi yang didukung negara untuk industri strategis, serta menerapkan kebijakan guna mendorong perbankan dalam mendukung perekonomian lokal yang tengah mengalami kesulitan.

Editor: Agung