
J5NEWSROOM.COM, Nilai saham di Wall Street kembali mengalami penurunan seiring dengan reaksi perusahaan dan investor terhadap keputusan Presiden Donald Trump yang memberlakukan tarif tambahan terhadap tiga mitra dagang utama Amerika Serikat, yaitu Kanada, Meksiko, dan China.
Saat pembukaan perdagangan Selasa pagi, 4 Maret 2025, indeks Standard & Poor’s 500, Dow Jones, dan Nasdaq turun sekitar 1%. Meskipun demikian, ketiganya sempat mengalami penguatan kembali dalam perdagangan siang hari.
Pemberlakuan tarif tambahan terhadap Kanada dan Meksiko dimulai pada Selasa dini hari. Presiden Trump dalam pengumumannya pada Senin sore menyatakan bahwa tidak ada alasan lagi untuk menunda kebijakan tersebut. Ia menuduh kedua negara tersebut tidak cukup berupaya dalam mencegah masuknya fentanyl ke Amerika Serikat.
Kini, seluruh produk impor dari Kanada dan Meksiko dikenakan tarif tambahan sebesar 25%, sementara produk energi dari Kanada dikenakan tarif 10%. Di sisi lain, tarif impor produk China yang sebelumnya sebesar 10% pada Februari lalu, kini meningkat menjadi 20%.
Kanada Langsung Merespons dengan Tarif Balasan
Sebagai bentuk pembalasan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengumumkan penerapan tarif 25% terhadap produk Amerika Serikat senilai 155 miliar dolar AS. Tarif ini akan diterapkan secara bertahap, dimulai dengan produk senilai 30 miliar dolar AS, dan sisanya dalam 21 hari mendatang. Barang-barang yang dikenai tarif termasuk aluminium, mobil, baja, dan truk. Selain itu, Trudeau juga mengancam akan menghentikan pengiriman nikel serta transmisi energi lintas batas ke AS.
Dalam pernyataannya, Trudeau menegaskan bahwa langkah ini bukan untuk merugikan rakyat Amerika, tetapi sebagai respons terhadap keputusan pemerintah mereka yang dianggapnya tidak memiliki pembenaran. Ia juga mengkritik klaim AS yang menyebut Kanada tidak berkontribusi dalam memerangi fentanyl ilegal.
China Berlakukan Tarif Baru terhadap Produk Pertanian AS
China juga merespons dengan menerapkan tarif hingga 15% terhadap beberapa produk pertanian AS, termasuk daging ayam, daging babi, kedelai, dan daging sapi. Kebijakan ini diumumkan oleh Kementerian Perdagangan China dan mulai berlaku pada 10 Maret, dengan pengecualian bagi barang yang sudah dalam perjalanan hingga 12 April.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menegaskan bahwa tindakan AS yang menggunakan isu fentanyl sebagai alasan pemberlakuan tarif terhadap China adalah tidak berdasar. Lin juga menekankan bahwa China tidak akan mundur dalam menghadapi tekanan perdagangan dari AS.
Selain itu, Kementerian Perdagangan China mengenakan tarif tambahan sebesar 15% terhadap impor ayam, gandum, jagung, dan kapas dari AS. Sedangkan tarif untuk sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, makanan laut, buah, sayuran, dan produk susu dinaikkan sebesar 10%.
Sebagai langkah lebih lanjut, China menambahkan 10 perusahaan AS ke dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan. Perusahaan-perusahaan ini akan menghadapi pembatasan dalam aktivitas perdagangan, investasi, serta ekspor-impor di China. Beberapa perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan AS juga dimasukkan ke dalam daftar kontrol ekspor China.
Meksiko Siapkan Tarif Balasan
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum juga mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif balasan atas kenaikan tarif AS. Pengumuman resmi mengenai langkah ini akan disampaikan dalam sebuah acara publik pada Minggu, 8 Maret, di Mexico City. Langkah ini menunjukkan bahwa Meksiko masih berupaya untuk meredakan ketegangan dalam perang dagang yang dipicu oleh kebijakan AS.
Dampak Global dari Kebijakan Tarif AS
Menurut Julian Hinz, pakar perdagangan asing dari Kiel Institute for the World Economy, dampak tarif yang diberlakukan Trump akan lebih besar bagi Kanada dan Meksiko karena ketergantungan mereka pada ekspor ke AS. Lebih dari 80% ekspor Kanada dan sekitar 70% ekspor Meksiko ditujukan ke AS, sehingga kebijakan ini akan memberikan pukulan besar terhadap ekonomi kedua negara.
Sementara itu, Francis Lun, CEO Geo Securities di Hong Kong, menilai bahwa kebijakan tarif ini berpotensi mengganggu perdagangan global. Ia mengatakan bahwa dampak kebijakan ini tidak hanya dirasakan oleh AS, Kanada, Meksiko, dan China, tetapi juga pasar internasional secara keseluruhan.
Lun memperkirakan bahwa China tidak akan lagi membeli produk pertanian dari AS dan akan beralih ke pemasok lain, seperti negara-negara di Amerika Selatan. Ia menilai bahwa kebijakan ini menciptakan situasi di mana semua pihak mengalami kerugian.
Gedung Putih membela kebijakan tarif ini dengan menyatakan bahwa langkah tersebut bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, melindungi ekspor Amerika, mengendalikan imigrasi ilegal, serta menekan peredaran narkotika, khususnya fentanyl, di AS.
Presiden Donald Trump dijadwalkan menyampaikan pidato di hadapan Kongres pada Selasa malam, di mana ia diperkirakan akan kembali membahas kebijakan tarif serta isu-isu ekonomi lainnya. Pemerintahannya tetap berkeyakinan bahwa tarif adalah strategi terbaik untuk merangsang sektor manufaktur dan menarik investasi asing ke AS.
Editor: Agung