
J5NEWSROOM.COM, Kairo – Tingkat inflasi konsumen tahunan Mesir turun menjadi 12,5 persen pada Februari, menurut angka resmi yang dirilis pada Senin, 10 Maret 2025. Penurunan ini terjadi ketika negara dengan populasi terbesar di dunia Arab itu mulai bangkit dari krisis ekonomi terburuk yang pernah dialaminya.
Meskipun inflasi telah mereda selama beberapa bulan terakhir, para pakar ekonomi menilai penurunan tajam dari 23,2 persen pada Januari sebagian besar disebabkan oleh efek perbandingan dengan lonjakan harga ekstrem tahun lalu, ketika inflasi mencapai 36 persen.
Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik Mesir mencatat bahwa inflasi konsumen bulanan turun sedikit menjadi 1,4 persen pada Februari, dibandingkan dengan 1,6 persen pada Januari.
Tahun lalu, krisis kekurangan mata uang asing menyebabkan ketidakstabilan pasar dan lonjakan harga barang di Mesir, yang sangat bergantung pada impor. Namun, setelah devaluasi mata uang pada Maret 2024, pemerintah mulai memulihkan ekonomi melalui paket bailout senilai lebih dari $50 miliar atau lebih dari Rp800 triliun. Kesepakatan ini melibatkan pinjaman serta investasi dari Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Uni Emirat Arab.
Sejak Februari 2022, mata uang pound Mesir telah kehilangan lebih dari 60 persen nilainya, sementara inflasi mencapai puncaknya hampir 40 persen pada Agustus 2023. Sebagai bagian dari reformasi yang disepakati dengan IMF, pemerintah Mesir telah menaikkan harga bahan bakar sebanyak tiga kali pada tahun lalu.
Dewan IMF dijadwalkan melakukan tinjauan keempat terhadap program pinjaman Mesir pada Senin, dengan rencana menyetujui dana tambahan sebesar $1,2 miliar atau sekitar Rp19,5 triliun. Selain itu, IMF juga berencana mempublikasikan kesepakatan pinjaman baru yang diperkirakan bernilai sekitar $1 miliar atau Rp16,3 triliun.
Editor: Agung