
J5NEWSROOM.COM, Pasukan Israel telah meningkatkan operasi militer di berbagai wilayah Palestina, termasuk menyisir Rafah di Gaza selatan, bergerak ke utara dekat Beit Lahiya, dan ke wilayah tengah Gaza.
Serangan ini menyebabkan banyak korban sipil. UNICEF melaporkan bahwa lebih dari 600 orang, termasuk 200 anak-anak, telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan di wilayah Palestina.
Dikutip dari Al-Jazeera, Sabtu, 22 Maret 2025, lebih dari 590 warga Palestina tewas sejak Israel mengakhiri gencatan senjata di Gaza pada Selasa lalu, dengan jumlah korban terus bertambah akibat serangan udara dan darat yang semakin intens.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 47.306 warga Palestina telah tewas sejak 7 Oktober 2023.
Di pihak Israel, setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang diculik.
Caroline Rose, seorang analis di New Lines Institute, mengungkapkan bahwa Israel beroperasi “di bawah perlindungan AS” di tengah serangan barunya terhadap Gaza.
“Keputusan untuk menjauh dari fase pertama dan transisi ke fase kedua perjanjian gencatan senjata ini mendapat lampu hijau dari Gedung Putih,” kata Rose.
“Tetapi sekarang tampaknya Gedung Putih semakin dipengaruhi oleh strategi dan perspektif tekanan maksimum Netanyahu di Timur Tengah,” tambahnya.
Ada seruan dari pemerintahan Presiden AS untuk terlibat dalam perjanjian membebaskan tawanan yang tersisa dan mempertahankan perjanjian gencatan senjata. Namun, menurut Rose, nampaknya Amerika justru membiarkan Netanyahu benar-benar meninggalkan perjanjian gencatan senjata itu.
Editor: Agung