Petani Madiun Keluhkan Serapan Bulog yang Lambat

Ilustrasi Beras Bulog. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Komisi B DPRD Kabupaten Madiun menggelar rapat dengar pendapat (RDP) untuk membahas keluhan petani terkait serapan gabah yang dilakukan Bulog. Para petani menilai bahwa kinerja Bulog dalam menyerap gabah masih lambat dan belum sepenuhnya berpihak kepada mereka. Meskipun pemerintah gencar menyosialisasikan program serapan gabah, implementasinya di lapangan dinilai belum berjalan maksimal.

Wakil Ketua Petani Milenial, Husein Fata Mizani, menyampaikan bahwa terdapat berbagai kendala dalam proses penyerapan gabah, sehingga pihaknya membawa isu ini ke dalam RDP. Menurutnya, dengan dukungan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, seharusnya ada upaya lebih untuk mendorong pengusaha penggilingan besar agar dapat bekerja sama dengan Bulog.

Menanggapi hal ini, Kepala Perum Bulog Madiun, Harisun, menjelaskan bahwa keterlambatan serapan gabah bukan hanya disebabkan oleh kendala prosedural, tetapi juga karena minimnya sarana dan prasarana, khususnya fasilitas pengeringan gabah atau dryer. Saat ini, hasil panen dari petani Madiun harus dibawa ke Ngawi untuk dikeringkan karena fasilitas pengeringan di Madiun masih terbatas.

Harisun juga menyebutkan bahwa Bulog Madiun telah melakukan penyerapan gabah sesuai dengan instruksi Presiden. Hingga saat ini, sebanyak 2.171.841 kilogram atau 2.394 ton gabah telah diserap. Dalam tiga hari terakhir, Bulog Madiun berhasil menyerap sekitar 1.000 hingga 1.200 ton gabah dari petani setempat. Ia juga mengakui bahwa adanya perubahan kebijakan dalam penerimaan gabah tahun ini menimbulkan beberapa miskomunikasi. Selama 58 tahun terakhir, Bulog menerima beras langsung di gudang, namun kini harus menyerap gabah dari petani, yang memerlukan penyesuaian.

Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Madiun, Wahyu Widayat, menegaskan bahwa pihaknya mendorong Bulog untuk bekerja sama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Madiun serta pengusaha penggilingan padi dan pengering gabah lokal. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas serapan gabah, sehingga petani tidak lagi mengalami kesulitan dalam menjual hasil panennya.

“Berdasarkan laporan dari para petani, masih banyak hasil panen yang belum terserap oleh Bulog. Kami berharap ada solusi konkret agar tidak terjadi kendala serupa di masa mendatang,” ujar Wahyu.

Editor: Agung