Tidak Mau Kecewa? Jangan Gantungkan Hidup pada Manusia!

Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

Oleh Dr Aqua Dwipayana

SELAMA puluhan tahun, hampir setiap minggu ada yang berkeluh kesah kepada saya. Menyampaikan kekecewaannya kepada seseorang atau sekelompok orang tentang permohonan dan keinginannya yang tidak tercapai.

Hubungannya ada antara bawahan dengan atasan, antar saudara, antara teman, dan dengan orang yang baru dikenal. Wujud kekecewaannya beragam.

Saya menyimak semua yang mereka sampaikan. Sikap tersebut, sedikit banyak mengurangi beban pikiran dan hati mereka.

Saat mereka cerita tentang kekecewaannya, saya melihat ekspresi wajah mereka. Campur aduk. Menunjukkan kekekecewaan, kesedihan, dan kemarahan. Semuanya bersatu padu.

Saya berempati pada mereka. Apalagi yang memang sangat membutuhkan pertolongan, namun tidak mendapatkan dari yang diharapkan. Berujung pada kekecewaan yang mendalam.

Saya biarkan mereka menyampaikan curahan hati (curhat)-nya sepuas-puasnya. Mengeluarkan semua isi hati dan pikirannya. Mengeluarkan seluruh “sampah” yang ada dalam dirinya.

Umumnya mereka merasa lega setelah curhat. Semua unek-uneknya tersalurkan ke orang yang tepat.

Ambil Hikmah

Setelah mereka menyampaikan semuanya, giliran saya menanggapinya. Saya mengucapkan terima kasih karena telah menjadi tempat untuk penyaluran unek-unek mereka.

Saya sangat bersyukur dan senang karena mendapat amanah menyimak cerita mereka. Sekaligus mengambil hikmah dari cerita tersebut.

Saya menyampaikan beberapa hal ke mereka. Pertama, agar berterima kasih kepada TUHAN sebab mendapatkan pengalaman itu. Sehingga bisa mengambil pelajaran berharga supaya lain kali lebih hati-hati dan tidak menggantungkan hidupnya pada manusia.

Yakinlah bahwa semua kejadian itu meski pahit dan membuat kecewa, sedikit banyak bermanfaat. Apalagi jika bisa mengambil hikmahnya.

Tidak semua orang pernah merasakan hal serupa. TUHAN hanya memberikan cobaan kepada umat-NYA yang mampu mengatasinya.

Kedua, memaafkan orang yang pernah mengecewakan. Dengan bersikap seperti itu membuat hati dan pikirannya jadi plong. Tidak ada beban yang mengganjal dalam dirinya.

Terpenting tidak menyimpan rasa dendam. Apalagi melakukan balasan dengan perbuatan yang sama.

Dengan melakukan itu, juga menghindari dosa. Bahkan sebaliknya mendapat pahala karena bersikap positif dan mengikhlaskannya.

Dirinya menjadi lebih sehat. Tidak ada lagi “sampah-sampah” dalam hati dan pikirannya. Sumber utama penyakit ada pada dua hal tersebut.

Ketiga, mendoakan dengan khusyuk orang yang pernah mengecewakan agar TUHAN menyadarkannya untuk membuka hati dan pikirannya. Sehingga tidak mengulangi perbuatan negatif yang sama ke orang lain.

Bagi TUHAN mewujudkan doa itu sangat mudah. Bisa melakukannya secepat kilat. Hanya hitungan detik, seperti mengedipkan mata.

Betapa mulianya orang yang mendoakan mereka yang pernah menyakitinya. Keburukan dibalas dengan kebaikan. Pasti orang yang memaafkan dan tulus berdoa itu menjadi pemenangnya.

Keempat, perbuatan yang sama jangan dilakukan ke orang lain. Semua hal negatif yang menyakitkan itu cukuplah dirasakan sendiri.

Alangkah mulianya jika semua pengalaman negatif yang pernah dirasakan, tidak dilakukan ke orang lain. Apalagi tahu persis kejadian itu sangat menyakitkan.

Sebaliknya selalulah bertutur kata dan berperilaku baik ke semua orang. Jadilah role model agar menjadi teladan bagi banyak orang.

Kelima, menggantungkan hidup kepada TUHAN. Jangan mengulangi kesalahan serupa. Belajarlah dari pengalaman agar tidak kembali mengalami kekecewaan.

Gantungkanlah hidup hanya kepada TUHAN. Itu adalah yang terbaik. TUHAN selalu menepati janjinya. Bahkan sering memberikan rezeki di luar ekspetasi manusia.

Bagi Sang Pencipta alam semesta semuanya serba mungkin. Kun fayakun. Maka terjadilah.

Sekira 20 tahun terakhir saya telah membuktikan itu. TUHANlah satu-satunya yang tidak pernah ingkar janji. Selalu menepatinya.

Sebaliknya, banyak manusia termasuk yang jabatan dan pangkatnya tinggi serta sukses sebagai pengusaha, dengan berbagai alasan ingkar janji. Saya sama sekali tidak kecewa karena tidak pernah berharap pada semua janji yang mereka ucapkan.

Di sisi lain, TUHAN banyak memberi pelajaran dan pengalaman berharga pada saya. Kualitas seseorang tidak signifikan dengan faktor duniawi seperti jabatan, pangkat, kekuasaan, kekayaan, dan lainnya.

Kesimpulannya jangan pernah sekalipun menggantungkan hidup pada manusia. Terbaik serahkan sepenuhnya kepada TUHAN yang Maha Segalanya agar tidak kecewa selama di dunia ini. Aamiin ya robbal aalamiin…

Saat sedang santai di rumah Yogyakarta saya ucapkan selamat tinggal menggantungkan hidup kepada manusia. Salam hormat buat keluarga.

11.20 05042025

Penulis adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional