Tiongkok-Kamboja Sepakat Bangun Kanal Penghubung Mekong dan Teluk Thailand

Proyek Sistem Logistik Terusan Funan Techo yang didanai Tiongkok dan Kamboja. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Tiongkok dan Kamboja telah resmi menandatangani kesepakatan senilai 1,2 miliar dolar AS untuk membiayai proyek pembangunan Kanal Funan Techo, sebuah jalur air sepanjang 151,6 kilometer yang akan menghubungkan cabang Sungai Mekong dekat Phnom Penh dengan pelabuhan di Teluk Thailand.

Menurut laporan Associated Press pada Minggu, 20 April 2025, kesepakatan ini ditandatangani selama kunjungan kenegaraan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Kamboja pada hari Kamis, 17 April 2025.

Proyek ini menandai dimulainya kembali pembangunan kanal yang sempat tertunda sejak upacara peletakan batu pertama pada 5 Agustus tahun lalu.

Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan pemerintah Kamboja yang memimpin proyek ini, disebutkan bahwa pembangunan kanal akan dilaksanakan menggunakan skema bangun-operasi-transfer (BOT). Investor Kamboja akan memegang 51 persen saham proyek, sementara mitra Tiongkok memegang 49 persen.

“Kanal ini akan menciptakan koridor perairan-laut pedalaman baru yang dapat mengakomodasi kapal dengan bobot mati hingga 3.000 ton,” bunyi pengumuman tersebut.

Proyek ini melibatkan penggalian kanal, pembangunan pintu air, infrastruktur navigasi, dan sistem logistik lainnya yang mendukung kelancaran operasional kanal.

Ketua China Communications Construction Company, Wang Tongzhou, menyebut proyek ini sebagai motor penggerak yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Setelah selesai, proyek ini akan secara signifikan menurunkan biaya logistik di Kamboja dan mendorong industri Kamboja untuk bergabung dalam rantai nilai menengah ke atas,” ujarnya.

China Communications Construction Company, yang menaungi kontraktor utama proyek China Road and Bridge Corporation, terlibat langsung dalam pembangunan kanal yang akan menghubungkan Sungai Bassac dengan provinsi pesisir Kep.

Namun, perusahaan ini juga mendapat sorotan karena masuk dalam daftar hitam Amerika Serikat atas keterlibatannya dalam proyek militerisasi Laut Cina Selatan.

Di pihak Kamboja, Perdana Menteri Hun Manet sebelumnya menekankan pentingnya proyek ini, dengan menyatakan bahwa kanal akan dibangun tanpa menghiraukan biaya yang dikeluarkan.

Ia menyebutkan bahwa kanal ini adalah simbol dari “prestise nasional, integritas teritorial, dan pembangunan Kamboja.”

Pemerintah Kamboja juga mengklaim bahwa proyek ini akan menciptakan hingga 50.000 lapangan pekerjaan langsung dan tidak langsung. Selain itu, mereka menyatakan bahwa penilaian dampak lingkungan yang ketat telah dilakukan oleh 48 spesialis.

“Penilaian tersebut menunjukkan bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan akan minimal,” ujar pengumuman itu.

Rute kanal juga dirancang untuk menghindari pemukiman padat penduduk dan situs-situs budaya penting.

Namun, sejumlah pihak menyuarakan kekhawatiran tentang dampak ekologis kanal terhadap Sungai Mekong. Mereka khawatir bahwa gangguan terhadap pola banjir alami dapat memperburuk kekeringan dan mengurangi endapan lumpur yang kaya nutrisi, yang sangat penting bagi pertanian, khususnya untuk produksi beras di Delta Mekong, Vietnam, salah satu wilayah penghasil beras terbesar di dunia.

Proses kompensasi dan konsultasi untuk masyarakat yang terdampak disebut masih berlangsung, dan pemerintah Kamboja berjanji akan menangani pemukiman kembali dengan cara yang bertanggung jawab.

Presiden Xi Jinping kembali ke Tiongkok pada Jumat, 18 April 2025, setelah menyelesaikan tur tiga negaranya di Asia Tenggara, yang juga mencakup Vietnam dan Malaysia.

Editor: Agung