
J5NEWSROOM.COM, Ambon – Langit Kamis pagi di Kota Ambon tampak cerah. Udara laut yang khas menyambut seorang tamu istimewa yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Pattimura. Dialah Prof Nurdin Abdullah, guru besar yang pernah menjabat Gubernur Sulawesi Selatan dan dikenal luas sebagai tokoh yang bersahaja serta berpengalaman di dunia perikanan.
Kedatangan Prof Nurdin ke Ambon bukan tanpa alasan. Ia datang khusus untuk menemui sahabat lamanya, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana, yang tengah berada di kota yang dikenal dengan sebutan “Manise” itu. Tak hanya ingin bersilaturahim, Prof Nurdin juga membawa misi: mendiskusikan masa depan perikanan Maluku.
“Saya dengar Dr Aqua di Ambon, saya bilang saya susul. Sekalian kita ngobrol tentang potensi besar laut Maluku,” ujar Prof Nurdin sambil tersenyum, sesaat setelah dijemput di bandara oleh Dr Aqua dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Maluku, Roberth Tanamal.
Tak lama setelah dari bandara, rombongan kecil ini menuju sebuah rumah makan khas di Ambon: Sari Gurih. Di sana sudah menunggu Donny Tanamal, adik dari Roberth. Diskusi hangat pun berlangsung dengan suasana yang penuh keakraban.
Dalam percakapan itu, Prof Nurdin menyoroti potensi besar perikanan Maluku yang menurutnya belum tergarap optimal. Padahal, katanya, Maluku sudah ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional. “Pasarnya besar sekali, baik domestik maupun ekspor. Tapi pengelolaannya masih jauh dari maksimal,” ujarnya penuh keprihatinan.
Prof Nurdin bukan orang baru dalam dunia kelautan. Ia memiliki rekam jejak panjang di bidang perikanan, baik dari sisi akademik maupun praktis. Dalam diskusi, ia banyak berbagi tentang rantai pasok ikan, infrastruktur pelabuhan, hingga peluang ekspor langsung ke Jepang dan negara-negara lain.
“Jika kita benahi tata niaganya, pastikan cold storage berjalan baik, dan petani ikan diberdayakan dengan benar, Insya Allah ekonomi Maluku bisa melonjak,” ungkapnya optimistis.
Obrolan mereka bukan sekadar basa-basi. Tersirat tekad dan harapan yang besar, bahwa dari diskusi kecil itu akan lahir langkah-langkah nyata. Sebab, seperti kata Dr Aqua, perubahan besar selalu dimulai dari ide yang sederhana, tapi dikerjakan bersama dengan niat tulus.
Pertemuan itu ditutup dengan harapan agar sektor kelautan dan perikanan di Maluku mendapatkan perhatian lebih dari para pemangku kepentingan. “Ini bukan hanya soal bisnis, tapi tentang masa depan masyarakat pesisir. Kalau dikelola baik, bisa menjadi sumber kesejahteraan jangka panjang,” ujar Roberth Tanamal.
“Alhamdulillah, diskusi ini penuh keberkahan. Semoga jadi awal dari sesuatu yang lebih besar untuk Maluku,” ucap Prof Nurdin dengan nada tenang namun penuh keyakinan.
Dari Ambon yang tenang, sepotong harapan besar tengah dipanjatkan. Bahwa laut yang luas bukan sekadar ombak, tetapi juga pintu rezeki yang menanti untuk dibuka—dengan ilmu, ikhtiar, dan niat baik bersama.
Editor: Agung