
J5NEWSROOM.COM, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menjadi sorotan publik akibat gaya kerjanya yang dinilai terlalu mengedepankan pencitraan. Aktivitasnya yang kerap dibagikan di media sosial menuai tanggapan beragam dari masyarakat, termasuk dari kalangan akademisi.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menyampaikan bahwa pola kerja Dedi Mulyadi cenderung bersifat populis dan kurang dilandasi kajian mendalam. Hal tersebut disampaikan dalam keterangannya kepada Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Sabtu, 10 Mei 2025.
“Jadi, dari sudut pandang ini, KDM dinilai lebih banyak mengambil kebijakan populis, tanpa kajian mendalam, dan itu dimaksudkan untuk mengatasi masalah jangka pendek,” jelas Jamiluddin.
Ia menambahkan, penyebaran berbagai aktivitas tersebut melalui media sosial turut memperkuat kesan bahwa langkah-langkah yang diambil lebih bertujuan membangun citra politik. “Pola kerja seperti itu disebar ke medsos. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat menilai KDM hanya pencitraan,” ujar Jamiluddin.
Menurutnya, pendekatan populis seperti itu kerap digunakan dalam strategi politik untuk membangun kedekatan dengan masyarakat, namun sering kali tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. “Hal ini menguatkan kesan dari kelompok masyarakat ini kerja turun ke bawah merupakan bagian dari strategi KDM untuk pencitraan diri,” lanjutnya.
Meski demikian, Jamiluddin menyadari bahwa penilaian terhadap efektivitas dan motif di balik kebijakan tersebut baru akan teruji seiring berjalannya waktu. “Mana yang benar dari penilaian itu, biarlah waktu yang menjawabnya,” pungkasnya.
Editor: Agung

