
J5NEWSROOM.COM, Pemilu sela yang digelar awal pekan ini di Filipina menunjukkan kebangkitan kekuatan politik keluarga Duterte dan sekaligus menjadi pukulan bagi Presiden Ferdinand Marcos Jr. yang kini menghadapi penurunan popularitas.
Salah satu kejutan terbesar dalam pemilu tersebut adalah keberhasilan kubu pendukung Sara Duterte, Wakil Presiden yang sedang dimakzulkan, dalam merebut sedikitnya empat kursi Senat. Perolehan ini melebihi ekspektasi dan memperkuat posisinya menjelang persidangan Senat pada Juli mendatang atas berbagai tuduhan, mulai dari penyalahgunaan dana publik hingga ancaman pembunuhan terhadap Presiden Marcos.
Sara Duterte, yang merupakan putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, menghadapi ancaman pemakzulan permanen yang bisa menggugurkan peluangnya dalam pemilu presiden berikutnya. Namun, dengan bertambahnya jumlah sekutunya di Senat, peluang vonis bersalah yang memerlukan persetujuan dua pertiga anggota menjadi semakin sulit dicapai.
Menurut profesor ilmu politik dari Universitas Filipina, Maria Ela Atienza, sidang Senat masih menjadi tantangan besar bagi Sara Duterte, tetapi dinamika politik pasca-pemilu membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih kompleks dan sarat negosiasi.
Sementara itu, Rodrigo Duterte kembali terpilih sebagai Wali Kota Davao City meskipun masih menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Kedua putranya juga unggul dalam pemilihan masing-masing, semakin memperkuat posisi politik klan Duterte.
Pengamat politik dari Universitas De La Salle, Anthony Lawrence Borja, menyatakan bahwa hasil pemilu ini menunjukkan turunnya dukungan publik terhadap Marcos Jr., kebangkitan kembali citra Duterte, serta munculnya kembali pengaruh dari oposisi liberal tradisional.
Ketegangan antara Marcos Jr. dan Sara Duterte semakin memuncak sejak perpecahan aliansi politik mereka. Pernyataan keras Sara pada November lalu yang mengancam keselamatan Presiden dan istrinya memperkeruh situasi, ditambah dengan keputusan Marcos mengizinkan otoritas internasional menangkap Rodrigo Duterte pada bulan Maret.
Meskipun pemilu sela ini tidak memilih presiden atau wakil presiden secara langsung, hasilnya menjadi indikator penting menjelang pemilu 2028. Komposisi baru di Senat juga diprediksi akan menghambat agenda kebijakan Marcos, termasuk target pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen tahun ini.
Dengan meningkatnya kekuatan politik kubu Duterte dan melemahnya posisi Presiden Marcos di parlemen, Filipina kini memasuki fase baru politik nasional yang lebih tegang dan penuh manuver.
Editor: Agung

