Program Journalism Fellowship on CSR Kolaborasi Tower Bersama Group-GWPP Catat Rekor

Para peserta Journalism Fellowship on CSR 2025 usai penutupan pelatihan jurnalistik JFC di Rumah Batik TBIG Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (15/5/2025). (Foto: GWPP)

J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Seluruh 16 peserta dari berbagai daerah menyelesaikan Journalism Fellowship on CSR 2025. Ini rekor bagi Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) yang kali ini berkolaborasi dengan Tower Bersama Group (TBIG).

Pelepasan peserta Journalism Fellowship on Corporate Social Responsibility (JFC) 2025 terjadi di Rumah Batik TBIG di Wiradesa, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (15/5/2025). Dalam acara tersebut, seluruh peserta yang terdiri dari 14 wartawan dan dua kreator konten menerima sertifikat pelatihan jurnalistik.

Para fellows menerima sertifikat sekaligus ucapan selamat dari Chief of Business Support Officer TBIG Lie Si An dan Direktur GWPP Nurcholis MA Basyari. Dua mentor JFC yang juga wartawan senior Jamalul Insan dan Frans Surdiasis turut menyampaikan selamat kepada “anak-anak asuh” mereka. Head of CSR TBIG Fahmi Sutan Alatas juga menyampaikan hal serupa.

Turut hadir antara lain Ketua sekaligus Kepala Kantor Pelayanan Koperasi Bangun Bersama (KBB) Pekalongan Nanang Tri Purwanto, Kepala Kantor Pelayanan KBB Solo Eko Agus, dan Kepala Kantor Pelayanan KBB Semarang Novi Tri Handayani.

“Harapan saya, teman-teman jurnalis yang sudah mengikuti FJC ini bisa mendapatkan manfaat lebih. Tidak hanya pengetahuan baru dari sisi ilmu jurnalisme yang dari tim GWPP, tetapi juga mendapatkan sudut pandang baru tentang konsep CSR yang sesungguhnya dan praktik riil yang TBIG jalankan,” ujar Lie Si An saat menyampaikan sambutan di acara pelesapan tersebut.

Karya Jurnalistik Berkualitas dan Menginspirasi

Lie Si An mengatakan para wartawan dan kreator konten punya tanggung jawab dan peran untuk menghasilkan karya berkualitas dan menginspirasi.

“Tulisan rekan-rekan semua bisa menginspirasi perusahaan lain atau masyarakat bahwa CSR ini sebenarnya bisa mereka lakukan dari hal yang kecil, lalu lama-lama perlu proses yang dilakukan untuk supaya bisa menjadi CSR yang bermanfaat buat masyarakat,” kata Pak Si An, sapaan akrab pria murah senyum asal Semarang, Jawa Tengah itu.

Dia mengisahkan keberhasilan TBIG setelah 10 tahun melaksanakan kegiatan CSR yang bertumpu pada empat pilar itu tidaklah mudah. Pencapaian itu hasil kolaborasi banyak pihak, baik internal maupun eksternal.

“Semua itu membutuhkan proses dan memulai itu sesuatu hal yang tidak mudah. Perlu perjuangan dan komitmen dukungan yang kuat dari teman-teman semua, dari manajemen, rekan kerja, dan para pemangku kepentingan.”  

Direktur GWPP Nurcholis MA Basyari berbicara di depan para mentor, peserta, dan undangan penutupan pelatihan jurnalistik JFC di Rumah Batik TBIG Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (15/5/2025). (Foto: GWPP)

Rekor Baru GWPP

Sementara itu, Direktur GWPP Nurcholis MA Basyari menyatakan sukses penyelenggaraan pelatihan jurnalistik JFC 2025 menandai rekor baru bagi GWPP. Pertama, topiknya berbeda dengan empat batch pelatihan jurnalistik serupa sebelum-sebelumnya. Cakupan materi JFC bukan hanya bidang pendidikan melainkan juga kesehatan, sosial-budaya, dan lingkungan.

Kedua, berkolaborasi dengan TBIG, GWPP mampu mengatasi kendala teknis operasional dalam rekrutmen peserta dari daerah 3T: tertinggal, terdepan, dan terluar.

“Alhamdulillah, kali ini di JFC 2025 kami bisa mengikutsertakan satu wartawan tanah Papua, tepatnya dari Kaimana, Papua Barat. Kami juga bisa datangkan dia dan rekan-rekannya dari Nagekeo, NTT, Padang, Lampung, serta Palu ke Jakarta dan Pekalongan,” kata Nurcholis.

Ketiga, jumlah peserta melebihi kuota 15 orang menjadi 16. Formasinya juga berbeda dengan peserta pelatihan jurnalistik sebelum-sebelumnya. Peserta empat batch Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) GWPP yang berkolaborasi dengan Paragon Technology & Innovation semuanya wartawan.

“Dan yang tidak kalah penting, tidak ada peserta JFC 2025 yang terkena DO (drop out). Dalam melaksanakan fellowship pelatihan jurnalistik, kami tidak main-main. Ada komitmen, target, dan disiplin. Pada pelatihan-pelatihan sebelumnya, setiap batch atau angkatan selalu ada yang kami DO. Antara lain, karena masalah disiplin,” ungkap Nurcholis yang juga Ahli Pers Dewan Pers dan asesor Uji Kompetensi Wartawan (UKW).

Mengarusutamakan Isu-isu Publik

Bagi Nurcholis, pencapaian tersebut sekaligus melengkapi kiprahnya dalam mengarusutamakan isu-isu kepentingan publik dalam peliputan dan pemberitaan media pers. Pascakerusuhan Mei 1998 seiring bergulirnya era reformasi, Nurcholis menginisiasi program liputan pariwisata untuk tiga stasiun televisi (tv). Ketika itu, stasiun belum ada segmen/slot khusus liputan dan berita tentang pariwisata.

Sejak bergulirnya program itu, stasiun-stasiun tv menyediakan slot berita pariwisata dalam program news. Lebih dari itu, belakangan mereka bersaing menyajikan acara tersendiri bertema pariwisata dengan durasi hingga 30 menit.

Kiprah selanjutnya seiring dengan pelaksanaan mandat Undang-Undang No. 28/1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Nurcholis riding the wave berita tentang laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).  Semua media cetak dan elektronik kala itu pun “tergopoh-gopoh” menugaskan wartawan mereka ngepos di Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN). Sebelumnya, tidak ada media yang khusus menugaskan wartawannya ngepos di KPKPN, cikal bakal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Nurcholis juga punya andil dalam pengarusutamaan isu-isu pendidikan dalam liputan dan berita media pers. Penghargaan “Insan Jurnalistik Terinspiratif Bidang Pendidikan” pada Desember 2021 mengukuhkan hal itu. Dia menerima penghargaan tersebut dari Ditjen Diktiristek, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.  FJP GWPP membuka cakrawala pandang media tentang pentingnya isu pendidikan dalam pemberitaan media.

“Lewat FJP GWPP, kami mengampanyekan bahwa isu pendidikan tidak kalah “seksi” dengan isu-isu politik, olahraga, bahkan gosip selebritas. Lihatlah betapa banyak orangtua dan siswa yang perlu referensi mengenai pendidikan. Itu pasar pembaca, pemirsa, pendengar, pengakses berita pendidikan yang besar. Tinggal bagaimana kita memberi porsi yang layak dan mengemasnya,” kata Nurcholis.

Wartawan Profesional Beretika

Program JFC 2025 berlangsung secara online (daring) dan offline (luring) selama satu bulan pada 11 April-15 Mei 2025. Selama mengikuti Fellowship ini, peserta mendapatkan tunjangan beasiswa pelatihan jurnalistik.

Pelatihan jurnalistik JFC 2025 mencakup teori, praktik, dan pendampingan (coaching & mentoring). Selama mengikuti Fellowship ini, peserta tidak boleh dalam keadaan cuti. Mereka harus tetap aktif menjalankan tugas-tugas jurnalistik dari perusahaan pers masing-masing.

“Pelatihan ini sama sekali tidak mengurangi produktivitas para peserta. Alhamdulillah, hal itu sudah terbukti pada empat batch fellowship sebelum-sebelumnya. Kali ini, sembari mengikuti JFC 2025, para peserta mampu menghasilkan sedikitnya 198 berita,” kata Nurcholis, yang berpengalaman panjang dalam karier jurnalistiknya di berbagai platform media, dalam dan luar negeri.

Berita-berita yang mereka hasilkan itu tersaji, baik dalam format straight news, features, maupun tulisan indepth (berkedelaman).

“Tujuan utama pelatihan ini ialah meningkatkan kapasitas, kapabilitas, dan integritas rekan-rekan wartawan. Sehingga, mereka makin profesional dan beretika dalam melaksanakan kerja jurnalistik.”

Karena itu, pelatihan JFC mencakup empat aspek kompetensi wartawan. Yakni, keterampilan, pengetahuan, kesadaran, dan kepemimpinan.    

CSR Layak Berita

Isu-isu CSR sangat layak masuk dalam arus utama liputan dan pemberitaan media. Hal itu karena baik CSR maupun media, sama-sama bekerja untuk kepentingan publik.

“CSR dan jurnalisme bekerja di atas platform yang sama, yakni masyarakat. Keduanya berangkat dari titik pijak yang sama: kepentingan publik. Inilah titik temu yang menjadi fondasi hubungan antara media dan perusahaan terkait CSR,” kata Frans Surdiasis, mentor JFC yang juga dosen Ilmu Komunikasi Unika Atmajaya Jakarta.

Dalam pandangan akademisi dan praktisi komunikasi Eduard Depari, CSR merupakan upaya perusahaan menggalang legitimasi sosial. Legitimasi ini menjadi modal sosial guna membangun reputasi dan citra yang baik hingga memunculkan kepercayaan (trust). Termasuk, kepercayaan dari para pemegang saham, investor, pemerintah, dan masyarakat.

“Perusahaan tidak cukup beroperasi sekadar mengandalkan izin operasional dari pemerintah, tetapi wajib memperoleh dukungan (izin) dan persetujuan masyarakat,” kata Eduard.

Dalam konteks pemberitaan, lanjut Eduard, fungsi wartawan antara lain mengidentifikasi CSR yang memberikan nilai (values) bagi kemaslahatan masyarakat (needs-relevance). Selain itu, wartawan membangun opini kritis-konstruktif terhadap kegiatan CSR, baik dalam bentuk berita, feature maupun tulisan kolom atau artikel opini.

Peserta JFC 2025 terdiri dari 14 wartawan dan dua kreator konten dari kalangan mahasiswa. Mereka adalah:

1. Milna Miana (Harianhaluan.com, Padang),
2. Bakti Buwono Budiastyo (Jateng.Disway.id, Batang),
3. Dian Naren Budi Prastiti (Ayobandung.com, Karanganyar),
4. Alia Safira Saibansah (J5NewsRoom.com, Batam),
5. Wahyu Vitaarum (AyoIndonesia.com, Semarang),

6. Laurensius Mitan (Klikpapua.com, Manokwari),
7. Silvia Agustina (Lampung Post),
8. Aisyah Nawangsari Putri (Tugumalang.id, Malang),
9. Sumarni Utamining (Joglojateng.com, Purworejo),
10. Rangga Musabar (LKBN Antara Palu),

11. Eva Rianti (Republika.co.id),
12. Alinda Hardiantoro (Kompas.com, Temanggung),
13. Sevrinus Waja (Flobamora-news.com, Nagekeo),
14. Novia Aisyah Ashari, (Detik.com, Yogyakarta),
15. Eleanora Dian Nareta (Universitas Atma Jaya Yogyakarta),
16. Mutiara Kartini Pattiasina (Unika Atma Jaya Jakarta).

Sumber: https://edukasiindonesia.id/16/05/2025/journalism-fellowship-on-csr-usai/
Editor: Agung