
J5NEWSROOM.COM, Pengamat maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC), DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, menekankan pentingnya pembangunan sektor maritim nasional yang berbasis pada kebutuhan industri modern yang terus berkembang dan terdigitalisasi, bukan sekadar pendekatan birokratis. Pandangan ini ia sampaikan saat mengisi Panel 9 bertajuk “Trade Risk and Regulatory Compliance” dalam ajang Indonesia Maritime Week (IMW) 2025 di Jakarta.
Capt. Hakeng menilai sektor pelayaran global kini menghadapi tantangan serius, seperti konflik kawasan di Laut Merah dan Laut Cina Selatan, serta peningkatan proteksionisme global. Posisi strategis Indonesia di jalur perdagangan dunia, menurutnya, menuntut respons yang adaptif terhadap risiko-risiko tersebut, sekaligus kepatuhan pada regulasi internasional seperti MARPOL dan SOLAS.
Ia mengingatkan bahwa kelalaian dalam menyesuaikan diri terhadap standar internasional dapat melemahkan daya saing pelabuhan dan kapal-kapal Indonesia. Untuk itu, digitalisasi dokumen, dekarbonisasi, serta peningkatan keselamatan pelaut harus menjadi prioritas nasional.
Capt. Hakeng juga menggarisbawahi bahwa persaingan di kawasan Asia tak hanya ditentukan oleh kapasitas fisik pelabuhan atau jumlah armada, tetapi lebih pada kemampuan negara beradaptasi, mengelola risiko, dan mendorong inovasi kebijakan serta digitalisasi rantai pasok.
Selain itu, ia menyoroti kompleksitas ancaman maritim modern, yang kini meluas hingga serangan siber dan sabotase sistem pelacakan. Dalam konteks ini, ia mendorong Indonesia untuk membangun sistem keamanan maritim yang terintegrasi, cerdas, dan responsif, dengan investasi pada teknologi pemantauan, keamanan siber pelabuhan, dan pelatihan personel sebagai langkah strategis jangka panjang.
Capt. Hakeng menilai IMW 2025 menjadi forum penting yang mencerminkan kesiapan Indonesia menuju kepemimpinan maritim global, dengan visi yang lebih terintegrasi, digital, dan berkelanjutan, serta menuntut kolaborasi lintas sektor dan kepekaan terhadap dinamika geopolitik.
Editor: Agung