
J5NEWSROOM.COM, Yogyakarta – Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi saksi momen bersejarah bagi dunia akademik dan peternakan Indonesia. Pada Selasa (10/6/2025), Prof. Dr. Ir. Chusnul Hanim, M.Si., IPM., ASEAN Eng., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Biokimia Nutrisi Ternak. Pengukuhan ini sekaligus meneguhkan dedikasi ilmiah sepasang suami istri yang kini sama-sama menyandang gelar Guru Besar di bidang peternakan.
Prof. Chusnul Hanim melengkapi perjalanan panjang suaminya, Prof. Dr. Ir. H. Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng., yang telah lebih dari tiga dekade mengabdi sebagai akademisi, peneliti, dan penggerak inovasi di sektor peternakan nasional.
Pengukuhan Prof. Hanim menjadikan pasangan ini sebagai salah satu dari sedikit suami-istri di Indonesia yang sama-sama berkiprah sebagai Guru Besar dalam satu bidang keilmuan. Dedikasi keduanya menjadi simbol sinergi ilmu dan keluarga dalam upaya membangun kemandirian bangsa, khususnya di bidang penyediaan protein hewani yang halal, sehat, dan berkualitas.
Fitobiotik: Ikhtiar Menuju Peternakan Sehat Tanpa Antibiotik
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Fitobiotik dan Aplikasinya untuk Peternakan Masa Depan: Produktivitas, Kualitas Produk Hasil Ternak, dan Emisi Metan”, Prof. Hanim memperkenalkan pendekatan revolusioner yang ramah lingkungan sekaligus efektif. Fitobiotik, yakni senyawa metabolit sekunder dari tanaman herbal seperti kunyit, temulawak, jintan hitam, hingga daun beluntas, ditawarkan sebagai alternatif alami pengganti antibiotik pada pakan ternak.
“Antibiotik membuat ternak menjadi resisten terhadap obat-obatan. Fitobiotik adalah solusi masa depan bagi peternakan sehat dan berkelanjutan,” ujar Prof. Hanim yang kini menjadi bagian dari 532 Guru Besar aktif di UGM.
Tak sekadar gagasan, inovasi Prof. Hanim telah terbukti mampu meningkatkan kualitas hasil ternak. Pada ayam petelur, warna kuning telur menjadi lebih cerah; sementara pada ayam pedaging, efisiensi pakan tetap terjaga meski kandungan protein dikurangi, berkat penambahan premiks herbal fungsional.
Sinergi Keilmuan dalam Rumah Tangga Ilmiah
Suaminya, Prof. Ali Agus, yang kini menjabat sebagai Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan, dikenal luas sebagai pencetus teknologi Fermented Complete Feed—“burger pakan” yang kini digunakan luas di berbagai daerah.
“Menjadi dosen sejak tahun 1990 hingga sekarang, sudah 35 tahun saya mendedikasikan diri untuk dunia peternakan,” ungkap Prof. Ali dalam sambutan yang menyentuh dan penuh refleksi.
Pasangan ini membangun ekosistem riset yang saling melengkapi. Prof. Ali memfokuskan riset pada teknologi pakan, sementara Prof. Hanim mendalami aspek biokimia dan kesehatan ternak. Keduanya menjadi arsitek kebijakan dan pelaksana inovasi di lapangan demi mewujudkan swasembada protein nasional yang mandiri dan berkeadilan.
Menjawab Tantangan Protein Nasional
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024 mencatat 46 persen penduduk Indonesia belum memenuhi kebutuhan protein harian. Konsumsi protein Indonesia, yang rata-rata 62 gram per kapita per hari, masih tertinggal jauh dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia (159 gram) dan Thailand (141 gram).
“Inilah tantangan kita bersama. Indonesia tidak akan kuat tanpa SDM yang sehat dan cukup gizi, utamanya dari protein hewani,” tegas Prof. Ali yang juga Komisaris Holding BUMN Pangan ID FOOD.
Teknologi fitobiotik dan pakan fermentasi yang dikembangkan pasangan ini diyakini dapat menjadi tulang punggung dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung Presiden Prabowo Subianto.
Kontribusi Ilmiah untuk Indonesia Emas 2045
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Baiquni, menyebut pengukuhan Prof. Hanim sebagai momentum penting bagi Fakultas Peternakan UGM, yang kini memiliki 26 guru besar aktif dari total 52 sepanjang sejarah fakultas.
“Ini bukan sekadar penambahan angka. Ini adalah penguatan substansi dalam riset biokimia peternakan yang akan menentukan arah bangsa ke depan,” katanya.
Bagi pasangan Prof. Ali dan Prof. Hanim, kiprah akademik bukan sekadar pencapaian pribadi, melainkan wasilah untuk berkontribusi bagi umat dan bangsa. Melalui kerja ilmiah yang konsisten, keduanya turut meletakkan dasar kuat menuju kemandirian protein hewani Indonesia 2045.
“Kalau kita bicara 100 tahun Indonesia Merdeka, kuncinya ada pada manusia di balik senjata. Man behind the gun. SDM unggul adalah fondasi semua kemajuan,” tutur Prof. Ali dengan penuh keyakinan.
Sebuah Warisan untuk Negeri
Dari ruang senat UGM hingga ladang-ladang ternak rakyat, semangat pasangan Prof. Ali dan Prof. Hanim adalah teladan bahwa cinta sejati bukan hanya tumbuh di dalam rumah, tapi juga dalam dedikasi seumur hidup kepada ilmu, umat, dan bangsa.
Dengan inovasi yang mereka persembahkan, Indonesia melangkah lebih percaya diri menuju cita-cita besar: kedaulatan pangan dan protein hewani yang berkelanjutan.
Editor: Agung

