Ketua LAM Batam Desak Hukuman Berat bagi Pelaku Penganiayaan ART

Ketua Lembaga Adat Melayu Kota Batam, Raja Muhammad Amin. (Foto: Humas LAM Batam)

J5NEWSROOM.COM, Batam – Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam, Raja Muhammad Amin, mengecam keras kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang asisten rumah tangga (ART) berusia 20 tahun di kawasan elite Sukajadi, Batam. Ia mendesak aparat penegak hukum agar menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku.

“Tak seorang pun boleh disiksa di atas Bumi Melayu ini. Perbuatan tersebut mencederai nilai kemanusiaan dan adat istiadat yang kami junjung tinggi,” kata Raja Muhammad Amin di Batam, Selasa (24/6/2025).

Kasus ini mencuat setelah komunitas Flobamora, yang menaungi warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT), menggerebek rumah majikan korban pada Minggu (22/6/2025). Korban, Intan, diketahui berasal dari Indonesia Timur dan telah bekerja di rumah tersebut selama sekitar satu tahun.

Saat ditemukan, kondisi korban memprihatinkan. Tubuhnya penuh luka dan dalam keadaan lemah. Ia kemudian dilarikan ke RS Elisabeth Batam untuk mendapatkan perawatan medis.

Menurut pendamping korban, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus, korban mengalami kekerasan fisik dan psikis selama bekerja. Ia bahkan dipaksa meminum air dari septiktank dan makan kotoran anjing. Selain itu, selama bekerja, korban tidak pernah menerima gaji.

“Korban juga mengalami kekurangan gizi hingga harus menjalani transfusi darah. Luka-lukanya terdiri dari yang lama dan baru,” ujar Romo Paschal.

Polresta Barelang telah menetapkan dua orang sebagai tersangka dalam kasus ini, yakni majikan korban berinisial R dan seorang ART lain berinisial M. Keduanya dijerat dengan Pasal 44 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Kasat Reskrim Polresta Barelang AKP Debby Tri Andrestian menjelaskan, R diduga menjadi pelaku utama kekerasan karena merasa kesal terhadap korban yang dianggap lalai merawat anjing peliharaannya. Sementara M, ART lain di rumah itu, diduga turut memukul korban karena tekanan dari majikan.

“Kami masih mendalami apakah ada pelaku lain yang terlibat dalam peristiwa ini,” kata Debby.

Ketua LAM Batam menilai peristiwa ini sebagai tamparan bagi wajah kemanusiaan di kota yang dikenal sebagai rumah multikultural tersebut.

“Kita tidak bisa memilih di mana kita dilahirkan, tapi kita bisa memilih untuk memperlakukan sesama manusia dengan hormat dan bermartabat,” ujar Raja Muhammad Amin.

Editor: Agung