
J5NEWSROOM.COM, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri, memperingatkan pemerintah untuk tidak meremehkan dampak ekonomi dari meningkatnya konflik antara Israel dan Iran yang kini juga melibatkan Amerika Serikat. Menurutnya, ketegangan geopolitik ini dapat memicu krisis energi global yang berimbas langsung ke perekonomian Indonesia.
Hanif menyoroti bahwa perang tersebut bukan semata konflik regional, melainkan guncangan geopolitik yang berpotensi melemahkan rupiah, mendorong inflasi, serta menambah beban fiskal. Ia menegaskan perlunya pemerintah memiliki skenario krisis yang jelas dan terukur. Lonjakan harga minyak dunia yang telah menembus 100 dolar AS per barel disebut sebagai sinyal bahaya pertama, mengingat Indonesia merupakan negara pengimpor minyak.
Ia juga mengingatkan bahwa tekanan ganda dari penguatan dolar AS dan meningkatnya subsidi energi bisa mengganggu APBN 2025 serta memukul daya beli masyarakat. Untuk itu, Hanif mendorong penyesuaian asumsi makroekonomi dalam penyusunan RAPBN dan penguatan koordinasi antara otoritas fiskal dan moneter guna menjaga stabilitas.
Lebih lanjut, Hanif meminta pemerintah dan Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar dan memperkuat cadangan energi serta jaring pengaman sosial. Ia juga menekankan pentingnya strategi jangka menengah dalam mempercepat transisi energi untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Menurut Hanif, stabilitas global memang di luar kendali, namun menjaga ketahanan nasional—termasuk di sektor ekonomi, energi, dan pangan—adalah tanggung jawab bersama. Ia menegaskan pentingnya memiliki rencana darurat sejak dini agar pemerintah tidak hanya bersikap reaktif terhadap krisis.
Editor: Agung