
J5NEWSROOM.COM, Surabaya – Angin laut sore itu bertiup lembut di Dermaga Madura Ujung, Koarmada II Surabaya. Langit sedikit mendung, namun suasana hati di dermaga itu terasa cerah. Di antara para prajurit yang berdiri tegak, senyum lebar terpancar dari wajah Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad, Mayor Jenderal TNI Susilo. Tangannya memegang sehelai rompi dan sebuah topi berlogo Vicadha—simbol kebanggaan satuan tempur yang ia pimpin.
Benda sederhana itu diserahkan langsung kepada Dr Aqua Dwipayana, pakar komunikasi yang juga dikenal sebagai motivator nasional. Sebuah momen penuh makna, yang bukan hanya tentang pemberian barang, tetapi lebih dari itu—tentang penghormatan, persahabatan, dan ketulusan dalam menjalin silaturahim.
“Rompi dan topi ini kami berikan kepada Pak Aqua sebagai mitra karib Vicadha. Sebenarnya momen ini direncanakan pada 1 Juni lalu, dalam rangka Hari Lahir Pancasila dan Forum Silaturahmi Kebangsaan. Namun beliau saat itu berhalangan hadir,” kata Mayjen Susilo, senyumnya tak pernah lepas.
Rompi dan topi itu adalah perlambang. Bukan hadiah biasa, melainkan bentuk pengakuan atas peran Dr Aqua Dwipayana dalam mempererat hubungan antara TNI dan masyarakat sipil, khususnya dalam membangun semangat kebangsaan di tengah dinamika zaman.
Kepercayaan yang Terjalin
Sejak lama, Dr Aqua Dwipayana dikenal sebagai sahabat TNI yang tidak hanya datang dalam momen-momen seremonial, tetapi benar-benar hadir menyatu dalam denyut kehidupan para prajurit. Ia mengunjungi markas, pos penjagaan, hingga garis perbatasan—membawakan pesan motivasi dan komunikasi yang menyejukkan.
Sebagai seorang mantan wartawan dan birokrat, Dr Aqua Dwipayana punya cara sendiri untuk menyentuh hati para prajurit. Ia bukan sekadar memberi ceramah, tapi mendengar. Ia bukan hanya berbicara di podium, tapi berjalan di antara para personel dan menyerap apa yang mereka rasakan.
“Beliau bukan tamu biasa. Beliau sudah seperti keluarga bagi kami,” kata Brigjen TNI Riyanto, Kepala Staf Divisi Infanteri 2 Kostrad, yang turut menyaksikan momen tersebut.
Turut hadir dalam acara itu Sonny Njonoriswondo, pemilik Hotel Golden Tulip Holland Resort Batu, yang juga dikenal aktif mendukung berbagai kegiatan sosial dan kebangsaan. Hadirnya tokoh-tokoh masyarakat menambah kekhidmatan suasana sore itu.
Simbol Rasa Syukur
Usai menerima hadiah tersebut, Dr Aqua langsung mengenakan rompi dan topi itu saat menghadiri Upacara Purna Tugas Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 501/Bajra Yudha. Ia berdiri di antara para prajurit yang baru menyelesaikan tugas mulianya menjaga perbatasan negara.
“Alhamdulillah…,” ucap Dr Aqua lirih, matanya berkaca. “Bukan soal hadiah ini, tapi rasa diterima dan dipercaya. Itulah yang membuat saya sangat bersyukur.”
Dalam budaya militer, simbol seperti rompi dan topi tak hanya perlengkapan. Ia mencerminkan kedekatan emosional, kepercayaan, dan penghormatan. Dan kali ini, simbol itu diberikan kepada seorang sipil—karena semangat kebangsaan tak mengenal batas seragam.
Melampaui Formalitas
Pemberian rompi dan topi ini mungkin terlihat sederhana bagi yang melihatnya dari jauh. Namun, di balik itu terdapat pesan penting: kemitraan antara TNI dan masyarakat harus terus dibina, dipelihara, dan dirawat dengan penuh ketulusan.
Vicadha—akronim dari Divisi Infanteri 2 Kostrad—adalah satuan yang dikenal tangguh dalam operasi militer. Tapi di balik ketegasan pasukan ini, ada sisi humanis yang kuat: merangkul, mendengar, dan menjalin hubungan yang kokoh dengan elemen bangsa lainnya.
“Persatuan Indonesia bukan hanya dibentuk di medan tempur, tapi juga di ruang dialog, silaturahmi, dan kerja sama seperti ini,” ujar Mayjen Susilo, yang dikenal sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan santun dan visioner.
Menjaga Warisan Kebangsaan
Forum Silaturahmi Kebangsaan yang seharusnya menjadi tempat pemberian hadiah ini awalnya digagas sebagai ruang bertemu tokoh lintas profesi dan generasi untuk merayakan nilai-nilai Pancasila. Namun karena berbagai kesibukan, Dr Aqua tidak dapat hadir pada tanggal tersebut.
Namun, bagi Pangdivif 2 Kostrad, momen itu tak bisa begitu saja dilewatkan. “Penghargaan harus tetap diberikan, walau terlambat. Karena nilainya tak akan berubah,” tegasnya.
Rompi dan topi itu kini menjadi kenangan yang melekat di hati Dr Aqua. Tapi lebih dari itu, ia adalah warisan nilai: bahwa siapa pun yang mencintai negeri ini, yang mau bekerja untuk kebaikan bangsa, berhak berdiri di garis terdepan—bersama para penjaga republik.
Editor: Agung